Komposisi yang digunakan akan menentukan dosis decomposer dan lamanya proses pengomposan serta mutu kompos yang dihasilkan.
Semakin tinggi kandungan ampas dalam bahan semakin tinggi nisbah C/N bahan. Sebaliknya semakin tinggi abu akan membuat nisbah C/N semakin rendah.
Tingkat nisbah C/N awal pengomposan yang optimal adalah sekitar 30 dan nisbah C/N akhir pengomposan dikehendaki sekitar 15 -- 17.
Mengingat nisbah C/N blotong dari tiap PG tidak sama dan bervariasi antara 25 -- 80, sehingga perlu didesain komposisinya sesuai dengan nisbah C/N blotong PG yang bersangkutan.
Dengan kondisi tersebut, proses pengomposan berlangsung dalam waktu sekitar 2-3 minggu. Namun tanpa adanya dekomposer proses pengomposan berlangsung lebih lambat hingga mencapai 10 -- 11 minggu.
Penurunan nisbah C/N dan lepasnya CO2 merupakan salah satu indikator yang dipercaya selama proses pengomposan.
Konklusi dari ulasan ini adalah limbah padat PG dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos dengan prospek yang sangat baik.
Pembuatan kompos dari limbah padat PG selain bermanfaat karena produk yang dihasilkan dapat digunakan untuk sumber bahan organik tanah juga merupakan upaya nyata untuk meningkatkan kemampuan lahan kering dalam menahan air.
Daftar Pustaka
Goya, S. S.K. Dhull dan K.K. Kapoor. 2005. Chemical and biological changes during composting of different organic wastes and assessment of compost maturity Bioresource Tehnology, 96 (14) : 1584 -- 1591. Â
Karama,S. 2000. Pengelolaan Limbah Organik Untuk Melestarikan Program Ketahanan Pangan. Semiloka Maporina tanggal 6 September 2000 di Malang. Jawa Timur.