Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sekilas tentang "Sweet Sugar" (5): Teknologi Kompos dari Limbah Padat Pabrik Gula

7 Juli 2020   16:30 Diperbarui: 13 Juli 2020   17:20 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pupuk Kompos (Foto Pikiran-rakyat.com) 

Berbicara mengenai limbah pabrik gula (PG), maka dikenal ada tiga jenis limbah yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas.  

Semua jenis limbah tersebut sudah ditangani dengan baik oleh pabrik gula baik yang dikelola oleh swasta maupun BUMN.

Penanganannya sesuai dengan standar keamanan lingkungan yang diberlakukan oleh Kementerian Linkungan Hidup.

BACA JUGA : Sekilas tentang "Sweet Sugar" (4): Bioetanol dari Tebu

Dalam kesempatan pertama ini terlebih dulu akan dibahas dan diuraikan bagaimana penanganan untuk limah padat tersebut. Jenis limbah padat yang sangat serius harus ditangani adalah blotong dan abu ketel.

BACA JUGA : Sekilas tentang "Sweet Sugar" (6): Teknologi Pengolahan Air Limbah Pabrik Gula

Blotong adalah limbah berupa endapan dari hasil proses pemurnian nira di bagian proses klarifikasi bahan gula. Sedangkan abu ketel adalah padatan halus hasil pembakaran ketel di bagian Unit Boiler.   

Sebenarnya ada ampas tebu yaitu sisa sisa dari proses pemerahan tebu di unit gilingan dimana tebu diambil niranya. 

Juga daun tebu merupakan sisa bahan dari kegiatan tebang tebu di kebun. Namun kedua bahan ini langsung bisa digunakan sebagai hijauan untuk ternak. 

Ampas tebu bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk ketel uap selain sebagai substitusi untuk bahan kompos. Sedangkan daun dan pucuk tebu bisa dipakai sebagai hijauan pakan ternak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun