Hari yang sangat melelahkan namun juga menyenangkan karena banyak cerita tentang Listya. Hampir Magrib akhirnya aku tiba di rumah. Aku benar-benar sangat lelah sekali.
Tiba-tiba terdengar nada panggil ponselku berbunyi. Aku lihat siapa ya? Ternyata Listya menghubungiku.
"Ya Assalaamu alaikum," jawabku.
"Saya Tya Pak," suara Listya.
"Ya Listya, saya masih hafal suaramu," kataku. Tentu saja suaranya yang merdu mana mungkin aku bisa lupa.
"Saya takut Bapak lupa karena lama kita tidak pernah saling telepon. Oh ya Pak maaf tadi saya tidak bisa menemui waktu Bapak menjenguk mas Rizal," kata Listya.
"Tidak apa-apa Lis, yang penting Mas Rizal sudah semakin membaik dan mudah-mudahan Rabu besok operasinya berjalan lancar dan sukses."
"Iya Pak, terima kasih doanya dan kunjungannya untuk Mas Rizal. Ini sekarang sudah sampai Surabaya Pak?"
"Ya Lis. Alhamdulillah sudah di rumah baru saja sampai."
"Syukurlah perjalanannya dari Malang ke Surabaya lancar. Minggu lalu saya ke Kampus ada urusan penyelesaian administrasi dan juga ingin ketemu Bapak tapi waktu itu sedang ke Bandung."
"Iya. Saya juga dengar dari Amel. Disayangkan kita tidak bisa ketemu. Oh ya Lis, sekali lagi, mudah-mudahan Mas Rizal segera sembuh sehingga semua rencana berjalan lancar. Saya dengar Listya bulan Maulud ini rencananya menikah. Saya ikut berbahagia Lis," suaraku terasa agak bergetar karena menahan perasaan yang tidak menentu. Beberapa saat Daisy Listya terdiam.