"Ya Pak. Tetapi menurutku Listya tidak mencintai Mas Rizal. Dia hanya ingin menyenangkan kedua orang tuanya," kata Amelia. Kembali aku terkejut dengan keyakinan Amelia ini.
"Listya pernah bercerita waktu itu. Walaupun seperti bergurau, dia sedang mengagumi seseorang. Lalu saya bertanya siapa? Listya hanya tertawa sambil berkata rahasia." Cerita Amelia yang membuatku semakin penasaran. Tapi aku tetap mencoba diam tidak bereaksi.
"Pak Listya mengagumi seseorang berarti orang itu sangat istimewa. Soalnya dia terbiasa dikagumi orang-orang. Jangankan cowok, cewek-cewek saja suka dengan dia karena keramahannya. Banyak cowok di Kampus yang mencoba mendekati Listya tapi dia selalu menghindar dan menolaknya dengan sopan."
"Oh iya tahu enggak. Listya juga pernah bicara tentang Pak Alan. Katanya Bapak itu orangnya sabar, telaten dan sangat perhatian. Dia merasa bangga menjadi mahasiswi bimbingan Bapak. Lalu pernah bertanya-tanya Pak Alan itu pacarnya siapa ya, kok masih betah sendirian," kembali suara Amelia. Aku cukup terkejut juga mendengar cerita Amelia yang satu ini.
"Waktu itu saya sempat menggoda Listya dengan pertanyaan. Lis kamu naksir Pak Alan ya? Aku lihat dia terkejut mendengar pertanyaan ini. Kemudian sambil tersenyum Listya menjawab. Yang jelas Pak Alan tak mungkin naksir aku karena dia pasti menganggapku seperti anaknya. Usia Pak Alan hampir sama dengan Bapakku," kata Amelia dengan suara polos menirukan kata-kata Listya. Memang Amel ini kalau sudah bercerita alias ngerumpi, sulit untuk dihentikan.
Mendengar kalimat yang terakhir ini aku tertawa. Fakta usia tidak bisa dibohongi. Daisy Listya memang bisa saja seusia anakku jika dulu aku jadi menikah dengan Diana Faria dan memiliki anak gadis.
Diskusi tentang Listya ditengah perjalanan Malang ke Surabaya, membuat betah sehingga tidak terasa kami sudah memasuki jalan Tol dalam Kota Surabaya. Aku mengambil pintu keluar Tol arah Satelit menuju TVRI di Jalan Mayjen Sungkono.
Kemudian memasuki Jalan Dr.Sutomo, menyeberang Jalan Raya Darmo menuju ke arah Kertajaya. Amelia sendiri tinggal di kawasan Dharmahusada. Â Aku mengantar Amelia sampai di depan rumahnya.
"Amel, saya sangat berterima kasih sudah mau menemani sepanjang hari ini."
"Ya Pak, sama-sama. Bapak singgah dulu?" Amelia menawarkan agar aku singgah.
"Terimakasih Amel," kataku singkat, lalu segera berpamitan.