Nanti dulu, di ruangan ini tidak tampak Listya. Ya tidak ada Listya di situ hanya ada Rizal, calon suaminya yang sedang terbaring dengan infus di tangannya. Sementara di sampingnya ada seorang gadis seusia Listya mungkin adiknya.
Melihat aku datang, Rizal kelihatan sangat senang. "Terima kasih Pak Alan mau menjenguk saya," kata Rizal.
"Ya Mas Rizal. Saya baru tahu dari Amel kemarin. Maaf baru sekarang bisa menjenguk. Oh ya bagaimana diagnosa terakhir dari dokter Ahli disini?" Tanyaku.
"Sudah diketahui ada batu ginjal yang harus diambil dan kemungkinan adanya infeksi yang cukup serius. Tahap awal ini batu ginjal harus segera di operasi setelah itu baru penyembuhan infeksi ginjal."
"Syukurlah kalau sudah ketahuan penyakitnya. Rencana operasinya kapan?"
"Insya Allah Rabu pekan depan. Mohon doa restunya Pak!" Kata Rizal.
"Ya Mas Rizal semoga semuanya berjalan lancar dan operasinya sukses!"
"Oh iya. Tya baru saja tadi pagi gantian jaga dengan adik saya. Perkenalkan Pak Alan ini adik saya namanya Risa," kata Rizal sambil memperkenalkan adiknya yang berdiri disampingnya. Aku menjabat uluran tangannya.
Rizal mengatakan adiknya baru masuk Perguruan Tinggi di Malang. Gadis ini agak pendiam kesan itu terlihat waktu Risa mengucapkan namanya demikian pelan nyaris tidak terdengar.
"Risa anak bungsu ya?" Tanyaku dan dia hanya tersenyum mengangguk.
"Ya Pak kami hanya dua bersaudara. Saya sendiri anak sulung dan Risa ini satu-satunya adik saya," kata Rizal menjelaskan.