Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rahasia Hati Wanita Sedalam Samudera

6 Agustus 2019   13:38 Diperbarui: 7 Agustus 2019   07:50 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pesan apa Aini? Apakah dia berkata padamu?"

"Iya tadi malam Erika menelponku dan mengatakan pesan itu untukmu"

"Katakan saja Aini"

"Erika berpesan agar kamu mulai membuka diri untuk orang lain. Jangan terbelenggu masa lalumu. Kalau bisa lupakanlah Erika untuk masa depanmu"

Aku hanya terdiam tidak mampu berkata apa-apa. Pada saat seperti ini justru aku kembali seakan terbayang saat saat bersama Erika. Semakin ingin melupakannya malah semakin kuat selalu mengingatnya. Namun pesan Erika ini apakah pertanda secara simbolis bahwa aku diberikan restunya untuk mencinta Aini, sahabatnya. Apakah ini juga pertanda Aini sudah mau membuka diri untukku. Ya Allah semoga saja demikian.  Harapanku begitu menggelora mendengar kabar ini.

"Maafkan aku Hensa. Aku hanya menyampaikan pesannya. Aku mengerti kenapa kamu terdiam begitu lama" kata Aini.

"Tidak apa-apa Aini. Pesan Erika sangat membantuku bahkan aku berharap pesan itu bisa juga untukmu" kataku pelan. Aini menatapku dengan mata penuh kepedihan karena teringat Iqbal almarhum, calon suaminya yang wafat sebelum pernikahan mereka.

"Ya Hensa. Kita sepertinya mempunyai taqdir yang sama harus kehilangan orang yang kita cintai dan tidak mudah melupakan semua kenangan yang kita alami"

"Tapi Aini sekarang saatnya kembali membuka diri lagi untuk orang lain," kataku berharap namun Aini masih terdiam mendengar ucapanku. 

Aku sebenarnya sangat berharap keluar ucapan dari bibir Aini walaupun hanya tersirat bahwa Aini ingin membuka diri untuk orang lain. Paling tidak jika itu diucapkannya, aku memiliki harapan. Lama sekali bibir Aini masih terkatup rapat. Aku masih sabar menunggu ucapan apa yang nanti keluar dari bibir mungil nan ramah senyum itu. Kulihat wajah Aini terlihat murung. Mungkin masih ingat kepada Iqbal. Setelah terdiam agak lama akhirnya keluar juga ucapan yang kutunggu itu.

"Hensa. Aku tidak mudah membuka diri untuk orang lain. Belum ada seseorangpun yang mampu membuka hatiku." Suara Aini tegas. Mendengar ini rasanya hampa harapanku. Lalu aku mencoba tersenyum hanya sekedar menutupi rasa kecewaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun