Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Artikel Utama

Ombak Putih Selat Sunda

20 Mei 2016   16:42 Diperbarui: 28 Juni 2024   16:21 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya ilmu kanuragannya cukup tinggi sehingga orang sebesar dua kali berat badannya bisa juga dilemparkan ke luar. 

Melihat temannya diperlakukan seperti itu dua orang laki-laki yang sedang mabuk itu akhirnya juga mengeroyok laki-laki itu. Hanya dengan dua tiga gerakkan merekapun bisa dilumpuhkan. 

Akibat perkelahian itu keadaan kedai menjadi porak poranda. Si Empunya Kedai terlihat risau. Dia rupanya tahu siapa orang-orang tersebut. 

Tiga orang yang mabuk itu adalah anak buahnya Si Lanang Jagad  seorang Jawara di Desa ini. Rupanya dua orang tadi melihat kerisauan Si Empunya kedai ini, lalu mereka menghampiri lelaku tua itu.

“Pak Tua, saya ganti  kerusakan kedai ini sekalian bayar makanan dan minuman kami!” kata lelaki itu dengan ramah sambil menyerahkan satu kantung uang logam. Ketika Pak Tua membuka kantung tersebut ternyata uang itu uang gulden. 

Pak Tua kaget campur gembira. Uang gulden adalah uang Belanda yang sangat tinggi nilainya. Biasanya orang-orang di Desa ini dan sekitarnya menggunakan mata uang Kasha tembaga bukan emas. Mendapat satu kantung uang Gulden tentu saja membuat Pak Tua gembira.

“Terima kasih Tuan. Terima kasih,” kata Pak Tua tersebut kepada dua orang itu.

Bayu memperhatikan mereka mengenakan pakain yang sangat mahal untuk ukuran penduduk desa tersebut. 

Paling tidak Bayu sangat mengenal cara berpakaian penduduk desa ini walaupun selama ini Bayu baru pertama kali berkunjung ke desa ini. Tidak jauh berbeda dengan desa dimana Bayu tinggal, orang-orangnya berpakaian sederhana.

“Tuan tunggu dulu!” Teriak Pak Tua ketika dua orang lelaki itu akan meninggalkan Warung.

“Ada apa Pak Tua.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun