Rupanya ilmu kanuragannya cukup tinggi sehingga orang sebesar dua kali berat badannya bisa juga dilemparkan ke luar.
Melihat temannya diperlakukan seperti itu dua orang laki-laki yang sedang mabuk itu akhirnya juga mengeroyok laki-laki itu. Hanya dengan dua tiga gerakkan merekapun bisa dilumpuhkan.
Akibat perkelahian itu keadaan kedai menjadi porak poranda. Si Empunya Kedai terlihat risau. Dia rupanya tahu siapa orang-orang tersebut.
Tiga orang yang mabuk itu adalah anak buahnya Si Lanang Jagad seorang Jawara di Desa ini. Rupanya dua orang tadi melihat kerisauan Si Empunya kedai ini, lalu mereka menghampiri lelaku tua itu.
“Pak Tua, saya ganti kerusakan kedai ini sekalian bayar makanan dan minuman kami!” kata lelaki itu dengan ramah sambil menyerahkan satu kantung uang logam. Ketika Pak Tua membuka kantung tersebut ternyata uang itu uang gulden.
Pak Tua kaget campur gembira. Uang gulden adalah uang Belanda yang sangat tinggi nilainya. Biasanya orang-orang di Desa ini dan sekitarnya menggunakan mata uang Kasha tembaga bukan emas. Mendapat satu kantung uang Gulden tentu saja membuat Pak Tua gembira.
“Terima kasih Tuan. Terima kasih,” kata Pak Tua tersebut kepada dua orang itu.
Bayu memperhatikan mereka mengenakan pakain yang sangat mahal untuk ukuran penduduk desa tersebut.
Paling tidak Bayu sangat mengenal cara berpakaian penduduk desa ini walaupun selama ini Bayu baru pertama kali berkunjung ke desa ini. Tidak jauh berbeda dengan desa dimana Bayu tinggal, orang-orangnya berpakaian sederhana.
“Tuan tunggu dulu!” Teriak Pak Tua ketika dua orang lelaki itu akan meninggalkan Warung.
“Ada apa Pak Tua.”