Selasa, 31 Desember.
Tentang air yang mengalir bening.
Ini hari ketiga, aku merasa waktu berlalu begitu cepat. Besok pagi atau tahun depan ketiga temanku dan juga aku turut serta kembali ke kota. Sebab tanggal 2 kami berempat harus kembali beraktivitas ke bangku sekolah.
Aku sangat memahami, apa yang ada di dalam pikiran Tigor. Dan aku berencana hari ini juga Tigor harus tahu tentang benda yang selama ini ia lihat.
Semalam Romo berpesan, untuk hari ini aku dan ketiga temanku diminta menangkap ikan di kolam dekat air terjun berbatu.
"Kamu tentu penasaran, kenapa di setiap sudut dusun kami banyak pipa panjang yang kamu lihat selama tiga hari di sini!"
Tigor mengangguk. Rambo dan Bagus baru menyadari. Aku melanjutkan perjalanan dengan membawa kerumbu ikan.
Sesampainya kami di kolam ikan, 5 gurame sebesar buku LKS masuk ke kerumbu ikan. Karena di kolam Rambo dan Bagus bersemangat menangkap ikan hingga basah kuyub, aku membawa mereka membilas badan di air terjun berbatu tak jauh dari kolam.
"Den! Coba kamu lihat, pipa panjang itu ada di mana-mana, hingga masuk ke dalam rumahmu, tapi kenapa air yang mengalir di pipa itu harus diarahkan ke air terjun ini, kenapa tidak dimanfaatkan saja, toh air yang mengalir juga tak kalah bening dengan yang di kolam gurame tadi?" tanya Tigor sesaat.
"Tidak semua sumber mata air yang mengalir di pipa-pipa itu bisa kami manfaatkan. Setidaknya ada beberapa pipa mengarah ke air terjun dan itu sudah diatur oleh Jogotirto," jawabku singkat.
Rambo dan Bagus mengangguk. Tigor masih tampak penasaran. Jawabanku mungkin tak membuatnya merasa puas.
Sesaat aku katakan kepada mereka, malam nanti menyambut tahun baru akan ada agenda bakar gurame, sebaiknya sore ini kita bersiap untuk itu. Mendengar hal itu mereka bersemangat. Kemudian kami beranjak pulang.