Sepanjang perjalanan aku menyaksikan Tigor tampak terpukau. Pohon-pohon besar di samping kiri dan kanan, jalan yang meliuk-liuk melewati tebing-tebing, tak membuatnya merinding. Sesekali terpegun saat jalan menanjak curam. Sepertinya Rambo juga begitu. Semakin jalan menanjak ketiga temanku semakin menikmati.
Sesaat Bagus menggumam. "Ternyata!! Ada kehidupan juga ya di sini."
Aku, Tigor, dan Rambo. Diam melongo mendengar itu.
Mikrolet berjalan pelan. Tepat di depan gapura bersimbol kayon mikrolet berhenti.
"Lo, sudah sampai," ujar Tigor menunduk turun dari pintu mikrolet. Dan kami di belakang turut turun mengikuti.
Tak berselang lama mikrolet bergerak menanjak melanjutkan petualangannya.
"Enak ya di sini. Ramai." Gumam Bagus seolah lupa dengan pertanyaannya tadi.
"Setiap sore apa memang begini ya ramai di dusunmu?" Tigor bertanya sembari sorot bola matanya ke arah anak-anak dan muda-mudi sedang bermain bola. Dan sesekali sorot matanya penasaran seakan penuh tanya ke arah sebuah pipa panjang yang ditopang bambu diikat menyilang.
Aku belum juga menanggapi pertanyaan kedua temanku tadi, sedang aku melirik Rambo semakin terheran-heran. "Main bola di pelataran rumah. Enak betul."
Saat jalan mulai mendatar aku mulai menanggapi ketiga temanku ini.
"Kalau kalian mau, selama di sini setiap sore, mainlah bola di pelataran rumahku. Sepuas kalian."