Mohon tunggu...
Hassanah
Hassanah Mohon Tunggu... Freelancer - Just a sister

Si penyuka ketenangan, aroma hujan, dan suara katak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siapa Bilang Aku Butuh Teman

7 Juni 2023   19:09 Diperbarui: 7 Juni 2023   19:13 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pinterest.com/jvnxzdy

; Hassanah

Seorang bijak pernah bertutur kepadaku, "Kau akan temukan arti kehidupan lewat seorang temanmu. Bila suatu hari nanti kau merasa bosan dengan hidup yang fana ini, temuilah temanmu dan mengobrollah. Kau akan temukan bahwa hidup itu tak selamanya tak adil." Dia berkata dengan pandangan menerawang ke angkasa. Di atas kursi goyang dengan kacamata yang menggantung di dada.

Aku mengangguk setiap mendengar kata-katanya. Setiap kali mengunjungi rumah para orang jompo, aku selalu diajak mengobrol olehnya. Ah, lebih tepatnya mendengarkan cerita-cerita masa lalunya. Alurnya tidak pasti. Kadang maju, kadang mundur, dan kadang hanya cerita di dalam pikirannya. Bulan depan saat aku kembali ke sini, dia pasti akan mengulanginya. Entah kapan dia akan bosan.

Dia seorang lelaki tua berusia 75 tahun. Selalu menggunakan kemeja putih berpadu celana kain di atas lutut setiap kali aku berkunjung. Dan satu lagi, dia juga membawa cerutu kosong serta buku lusuh yang sampulnya sudah menguning. Kata perawat di sini, itu adalah buku harian miliknya.

"Anak muda, siapa namamu?"

Aku tersenyum kala mendengar pertanyaannya. Dia menatapku sekilas, lalu menghisap cerutu kosongnya dan memandangi langit cerah hari ini.

"Aku Ruri. Seorang sukarelawan dari kota yang kata orang sangat kejam. Melebihi kejamnya ibu tiri." Aku menjawabnya segera.

"Aku Dasrijal. Seorang ayah beranak lima yang kerja di pabrik kertas. Istriku sudah kabur. Dia memacari juragan tembakau di desa sebelah, kenalan dari temanku." Wajah lelaki tua ini tampak murung sejenak. Ya, tidak lama. Karena setelahnya dia menoleh kepadaku dan bertanya, "Siapa namamu?"

Aku kembali tersenyum, mendekat kepadanya, lalu memasangkan kacamata yang beberapa menit lalu dilepasnya. Setelah dia menatapku, aku pun menjawab, "Aku Ruri. Putri seorang profesor di ibu kota."

"Apa kau sering datang kemari?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun