"Tidak juga. Cukup ketika aku butuh mendengar cerita. Atau ... kadang-kadang ikut bercerita."
"Apakah orang di ibu kota terlalu sibuk semua hingga tidak ada yang bercerita kepadamu? Atau ... kadang-kadang mendengarkan ceritamu."
Selalu saja, dia sukses membuat aku tersenyum dengan kalimat-kalimat yang tidak pernah aku dengar di rumah.
"Tidak juga. Kadang-kadang, aku bercerita pada Miko kucingku atau kadang-kadang mendengar keluhan Bik Sukiyem lewat telepon."
"Ah, Miko. Aku ingat. Kucing hitam bermata hijau."
"Benar, terima kasih karena sudah mengingatnya. Tapi kabar buruknya, ia sudah mati dua bulan lalu."
"Ah, sayang sekali."
Setelahnya, dia kembali terdiam. Aku bangkit dan meninggalkannya. Saat berjalan menuju dapur umum, seorang tua lainnya memanggilku.
"Anak cantik, ke sini!"
Aku menghampirinya. Lantas, dia menyuruhku untuk duduk di sebelahnya.
"Kamu kapan datangnya?"