Mohon tunggu...
Hassanah
Hassanah Mohon Tunggu... Freelancer - Just a sister

Si penyuka ketenangan, aroma hujan, dan suara katak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siapa Bilang Aku Butuh Teman

7 Juni 2023   19:09 Diperbarui: 7 Juni 2023   19:13 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pinterest.com/jvnxzdy

Suaranya semakin menjauh setelah dua perawat laki-laki datang dan membawa perempuan yang menggenggam selimut bayi itu masuk ke salah satu ruangan. Aku menatap banyak pasang mata yang mengarah kepadaku di sepanjang lorong. Namun, sebuah usapan pada punggung membuatku menoleh.

"Sabar ya, Nak, dia kembali seperti itu setelah anaknya berkunjung bulan lalu." Seorang wanita tua dengan kain jarit yang dililit sebagai rok dan rambut digelung itu tersenyum. Wajahnya masih cantik walau sudah dipenuhi keriput.

"Sini, duduk bareng Simbok." Dia membawaku duduk bersama tiga perempuan tua yang lebih tua.

"Siapa dia? Anak durhaka?" Perempuan yang duduk di kursi roda bertanya.

"Bukan. Dia dokter," sahut perempuan di sebelahnya yang sedang menyisir rambut perempuan tua satu lagi.

"Cah ayu, Ruri, kan?" tanya perempuan yang baru saja memejamkan matanya, seolah-olah tengah menikmati sisiran temannya.

Aku mengiyakan. Aku lalu bertanya bagaimana keadaan mereka satu per satu. Nek Durama yang menderita penyakit paru, Nek Saidah yang baru saja terkena stroke, Nek Dewi yang susah tidur karena pinggangnya sakit, dan nenek yang paling cantik, Simbok Juniar yang bulan lalu baru saja melakukan operasi pengangkatan tumor di bahunya.

"Bagaimana sekolah doktermu? Sudah wisuda untuk yang kedua kalinya? Sudah sumpah dokter?" Simbok bertanya. Anak sulungnya seorang dokter bedah, tapi sudah meninggal. Cucunya yang tertua juga mengambil jurusan dokter, tapi tidak pernah berkunjung.

"Sudah selesai. Wisudanya bulan depan."

"Siapa yang datang nanti?"

"Mungkin Bik Sukiyem. Katanya mau bawa rombongan dari desa ke acara wisuda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun