Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Misteri Kepribadian Manusia: Antara Tampak dan Tak Tampak

4 Juni 2024   13:53 Diperbarui: 4 Juni 2024   14:01 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi misteri kepribadian manusia: antara tampak dan tak tampak. (Sumber gambar: Pexels.com/Atypeek Dgn)

Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa dipahami secara utuh luar-dalam, lahir-batin. Manusia sebagai persona pada hakikatnya merupakan makhluk yang tidak dapat dipahami secara menyeluruh.

Yang kita pahami dan yang kita kenal hanya sebagian saja yang berada dan tampak dari luar. Sedangkan kepribadiannya secara menyeluruh yang tidak tampak dan atau tidak kelihatan secara kasap mata sangat sulit, bahkan mungkin tidak bisa dikenali dan tidak bisa dipahami.

Berdasar pada hal ini, maka menjadi sebuah pertanyaan besar bagi kita akan siapa itu manusia dengan segala atribut yang melekat pada dan atau dalam dirinya sebagai pribadi.

Dilain pihak menjadi suatu topik diskursus yang krusial diantara kalangan para pakar atau filsuf, baik klasik maupun modern.

Kemudian dari sekian banyak para filsuf yang mendiskusikan dan menyampaikan pemikirannya tentang hal ini, muncul beberapa filsuf yang terkenal dengan pandangannya tentang manusia, siapa dan seperti apa manusia itu?

Sebut saja Karl Marx, dengan pandangannya tentang manusia yang mempengaruhi banyak pemikiran, kemudian Marx secara gamblang dan tegas mengedepankan pandangan materialisme historikal, dimana dia menjelaskan pandangannya tentang manusia yang materialis, namun dalam konsepnya bahwa manusia yang tergantung pada alam untuk hidup, yakni manusia menari seturut irama alam dan kemudian berkembang menjadi manusia yang bisa mengkonstruksikan alam untuk menari seturut irama yang ditentukan manusia.

Baca juga: Lampu Tongkrongan

Manusia berkembang dan tidak lagi terjebak pada pola yang tergantung pada alam dunia melainkan membuat suatu yang membuat alam serasa tergantung pada keberadaan manusia.

Setiap makhluk hidup yang hidup dari lingkungannya harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat dia bergantung. Seperti semua makhluk hidup lainnya, manusia pun tergantung pada lingkungannya.

Dengan kata lain kendati kita begitu percaya pada martabat khusus manusia, kita juga harus mengakui bahwa dalam hal ini pada manusia tidak ada pengecualian. Namun, hal ini tidak lantas membuat kita secara dangkal menyamakan manusia dengan hewan.

Manusia tetap memiliki kelasnya sendiri. Manusia adalah human karena uniknya cara mereka bergantung pada lingkungannya. Dari semua ciptaan yang hidup, kendati bergantung pada lingkungan, hanya manusia sendiri yang dapat membuat lingkungannya juga bergantung pada kehadiran mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun