Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sang Pelopor di Tanah Papua, C.W. Ottow dan J.G. Geissler Namanya

29 Mei 2024   22:33 Diperbarui: 29 Mei 2024   22:55 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulau-pulaunya berdekat dan penduduknya yang ramah, lemah lembut, sekalipun mereka kelihatan malas terutama kaum lelakinya yang suka tidur dan merokok, namun mereka bisa dapat bekerja.

Di sana banyak perahu layar yang datang singgah dan pergi. Tampan dan bentuk tubuh mereka bersih dan rapih, bermata bening, gigi mereka berderet putih, mudah senyum dan dapat dipercayai.

Berdasarkan laporan ini, maka pemerintah HB, mengeluarkan izin bagi Ottow dan Geissler, walaupun terbatas hanya sampai di Ternate.

Tanggal 18 Mei 1854 diadakan kebaktian perpisahan dengan Ottow dan Geissler di Batavia.

Doa-doa yang dinaikan penuh penyerahan kepada Tuhan karena disadari bahwa pergi ke tanah Papua mengandung bahaya bagi keduanya.

Kebaktian perpisahan itu memberi kesan yang mendalam bagi Ottow maupun Geissler, karena mereka berangkat menuju ke masa depan yang oleh banyak orang dilukiskan sebagai daerah hitam, "Wilayah Iblis".

Kebaktian perpisahan itu mengharukan, sampai membuat Geissler tertekan dalam batin, lalu ia menulis dalam catatan hariannya demikian: "Kami pergi ke daerah yang belum pernah ada seorang pekabar injil, kami tidak mengharapkan pertolongan dari orang lain, selain kepada Dia yang mengatakan, "Aku menyertai kamu sampai kepada akhir hidup (Mat. 28:20)".

Pada tanggal 30 Mei 1854, Ottow dan Geissler tiba di Ternate, mereka menumpang di rumah Pdt. J. E Hoveker yang sudah sejak tahun 1833 menjadi pendeta di satu jemaat di sana.

Dan rumahnya dijadikan sebagai tempat penampungan para pekabar injil dari dan ke Papua. Disini Ottow dan Geissler bertemu dengan tuan Duivenbode (pemilik kapal Sekunar) yang melayani kepulauan Maluku dan Papua untuk maksud perdagangan.

Pdt. Hoveker pun berkeberatan karena besarnya resiko dan tidak ada perlindungan dari pemerintahan. Walaupun dengan kemauan keras Ottow dan Geissler tetap melaksanakan niat mereka. Bagi mereka itu merupakan kehendak Tuhan, sehingga mereka tetap ke Papua.

Tekad itu begitu kuat, sehingga Pdt. Hoveker menulis: "Bahwa Ottow dan Geissler sudah merasa yakin bahwa Tuhan berkehendak mereka ke Papua, maka saya pun merasa demikian, sebab seandainya segala keberatan dan berita negatif yang mereka dengar pastilah mereka menerima anjuran dan nasehat saya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun