Misalnya, dengan dimusnahkannya unsur-unsur budaya sehubungan dengan penerimaan Injil oleh suatu kelompok sosial, tanpa disadari atau tidak, lama-kelamaan menggoncangkan seluruh sistem masyarakat, yang dipegang teguh dan yang telah berurat dan berakar.
Ottow dan Geissler mengamati dan mencatat apa yang mereka temukan itu di sana. Dengan pola pendekatan adaptasi, yaitu dengan metode yang di dalam Antropologi budaya "observasi dan partisipasi" dengan pola pendekatan tersebut Ottow dan Geissler mengerti kebudayaan, adat, perilaku hidup penduduk setempat yang dikabari Injil.
Tahun 1856, telah dimulai untuk pertama kali kebaktian hari Minggu dalam bahasa melayu yang dilakukan dua kali, pagi dan sore. Tahun 1857 mereka berhasil menyusun sebuah buku nyanyian dalam bahasa Numfor.
Dengan karangan buku nyanyian tersebut menunjukkan suatu prestasi di bidang bahasa.
Juga demikian terjemahan Alkitab dimulai: Kitab Injil Matius, Markus, buku Katekismus, dan kamus berbahasa Nufor.
Disamping itu pendidikan pun dimulai, sekolah Zending pertama dimulai di Mansinam (1857). Kemudian disusul sekolah Zending kedua di Kwawi.
Tahun 1867 sekolah Zending ketiga dibuka di Meoswar dan dua tahun berikutnya 1869 satu sekolah lagi dibuka di Andai.
Dengan demikian beberapa daerah tertentu dibuka sekolah-sekolah Zending bersama dengan pembukaan pos-pos PI yang baru antara lain pembukaan sekolah di Maomi-Ransiki (1874), di pulau Roon (1883), dan pada tahun 1897 di buka satu sekolah khusus untuk anak-anak pedalaman dari suku Hatam dan Meyach di Ambang Manokwari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H