Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sang Pelopor Obor Allah di Asia, John Sung Namanya

27 Mei 2024   22:00 Diperbarui: 27 Mei 2024   22:10 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

John Sung
Mengutip dari buku Rudy N. Assa yang berjudul: Tokoh-Tokoh Kristen yang Mewarnai Dunia, John Sung lahir pada tanggal 27 September 1901 di desa Hong Chek, provinsi Fukien, Tiongkok.

John Sung sewaktu kecil tergolong anak yang keras kepala, bandel, pemberontak, dan individualis. la sering menerima pukulan dari ayahnya karena kebandelannya tersebut.

John memang tergolong orang yang tidak tahu sopan santun, bahkan ketika menikah, ia tidak menghargai isterinya sebagaimana layaknya.

Meski begitu, John Sung terlahir sebagai anak pendeta, yakni pendeta Sung yang adalah ayahnya. Ia anak keenam dari keluarganya.

Selain sebagai anak pendeta, sebenarnya, John Sung adalah seorang anak yang sangat cerdas. Bahkan ia memiliki cita-cita yang tinggi.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya di Hinghwa, ia bertekad melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi luar negeri.

Sayangnya, keinginannya hanya disambut dengan marah oleh orangtuanya karena ayahnya hanyalah seorang pendeta miskin di sebuah desa di Hong Chek.

Sekalipun ayahnya telah mengatakan menyerah untuk meneruskan pendidikan anaknya, tetapi John tidak menyerah.

Dengan penuh keyakinan selama berminggu-minggu ia berdoa agar dibukakan Tuhan kesempatan untuk belajar ke luar negeri.

Doanya tidak sia-sia. Tuhan menjawabnya langsung melalui sebuah surat dari Peking yang menawarkan beasiswa kepadanya untuk belajar di Universitas Wesley di Ohio, Amerika.

Awalnya, sang ayah tidak menyetujui karena mereka tak memiliki biaya perjalanan untuk berangkat ke Amerika.

Oleh kasih karunia Tuhan, ia mendapat bantuan dari beberapa saudara seiman yang rindu membantunya agar ia dapat meraih impiannya.

Rencana keberangkatannya ke Amerika mendapat banyak tantangan. Mulai dari orangtua yang tidak memiliki biaya sampai kesehatan matanya yang tidak memungkinkan. Namun, Tuhan menyingkirkan semua itu.

Sejak bertobat, ia hanya mengandalkan doa untuk menghadapi kesulitan yang dihadapinya. Hebatnya, semua rintangan dan tantangan dapat menyingkir dengan cepat.

Pada tanggal 2 Maret 1920, walau dengan berat hati ia harus berangkat ke Amerika dan meninggalkan orangtuanya tercinta demi meraih impiannya untuk melanjutkan studi. Di kapal yang ditumpanginya hanya ia sendiri yang beragama Kristen.

Karena itu, ia sering mendapat kesulitan. Sekalipun pedih, tetapi ia tetap sabar dan tabah.

John tahu bahwa ia memiliki Allah yang berkuasa sehingga tantangan akan selalu menyertainya untuk menguji kesetiaannya kepada Tuhan.

Ketika kapal merapat di dermaga, John berpikir bahwa kesulitan yang ia alami selama dalam pelayaran akan segera berakhir. Namun, dugaannya sangat keliru.

la bahkan mengalami kesulitan di luar dugaannya. Setelah terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Wesley, ternyata beasiswa yang diterimanya tidak seperti yang dijanjikan sewaktu ia masih berada di Tiongkok.

John dan teman-temannya hanya menerima dana yang cukup untuk membayar uang kuliah. Janji untuk mendapatkan makanan dan akomodasi ternyata tidak ada.

John sangat kecewa sebab uang yang ada di sakunya hanyalah Rp. 60.000,00. Kali ini, imannya betul-betul diuji.

Dalam situasi yang sangat sulit dan terjepit itu, akhirnya ia memutuskan untuk kuliah sambil bekerja. la mencoba berbagai pekerjaan.

Mulai dari membersihkan toko, menyapu hotel sampai bekerja di toko mesin. la mengumpulkan uang hasil kerjanya untuk membiayai hidupnya selama musim dingin.

John Sung belajar di fakultas ilmu pasti dan kimia. la sangat cerdas dan termasuk salah seorang mahasiswa yang luar biasa dalam angkatannya.

Para dosen dan temannya mengakui kehebatan John dan sangat suka bersahabat dengannya. Setiap akhir tahun, John menyabet juara kelas.

Panggilannya
Panggilan John sebagai hamba Tuhan, teristimewa sebagai Misionaris bermula ketika sang ibu tak henti-hentinya berdoa dan menyerahkan John kepada Allah, agar anaknya menjadi abdi Allah yang setia. Itu sebabnya, mereka menamainya Yu-un, yang artinya 'kasih karunia Allah'.

Pada tahun 1907, ketika Yu-un berusia enam tahun, orang tuanya pindah ke kota Hinghwa karena harus menjadi wakil kepala sekolah Alkitab Metodis. Pada usia enam tahun, ia telah memperlihatkan kecerdasannya.

la mampu menghafal semua cerita yang di dengarnya di Sekolah Minggu. Namun, sifatnya tetap keras seperti ayahnya. Karenanya tak aneh kalau mereka selalu bertengkar dan berbeda pendapat/berargumentasi.

Kebandelan Yu-un ternyata berakhir juga. Pada usia sekitar sembilan tahun ketika diadakan Kebangunan Rohani di Hinghwa, ia menyesali dosa-dosanya dan bertobat kepada Allah.

Orangtuanya menyambut gembira keputusan anaknya. Tak lama sesudah pertobatannya, sang ayah terserang penyakit asma akut dan hampir merenggut nyawanya.

la datang dan berdoa kepada Tuhan agar ayahnya disembuhkan. Tuhan mendengar doanya dan ayahnya sembuh kembali.

Pada tahun 1913, Yu-un alias John Sung memulai tugasnya sebagai abdi Allah dengan menjadi pengkhotbah cilik. Pelayanannya cukup mendapat sambutan orang-orang di daerahnya.

Di samping itu, ia melakukan pelayanan literatur dengan memimpin redaksi majalah "Kebangunan Rohani" yang diterbitkan sekolahnya.

John juga telah mengorganisasi kelompok-kelompok Pekabar Injil dan melakukan pelayanan di desa-desa sekitar kampusnya ketika ia masih kuliah.

Pada tahun-tahun terakhir masa kuliahnya untuk meraih gelar sarjana muda, John mengabaikan waktu berdoa dan membaca Alkitab.

Akibatnya, ia menjadi sombong dan tidak sabaran. la terperangkap dengan tuntutan belajarnya.

Pada tahun 1923, ia berhasil meraih gelar sarjana mudanya dengan predikat tertinggi (cumlaude) dan menyabet sejumlah hadiah uang tunai dan medali serta diangkat menjadi anggota eksklusif dalam perkumpulan sarjana terkemuka.

Saat itu, John menjadi orang terkenal karena media massa mempublikasikan keberhasilan dan kehebatannya.

Keberhasilannya telah membuat ia mendapatkan banyak tawaran pekerjaan dengan gaji dan kedudukan yang tinggi. Namun, tawaran-tawaran itu tidak membuatnya senang.

Kehidupan imannya yang sudah diabaikannya, ternyata menggugatnya dengan keras.

Hatinya menjadi kacau dan jiwanya tidak tenteram sehingga ia mengalami kemunduran kesehatan. John betul-betul berada di "persimpangan jalan."

la menjadi begitu pusing akan kehidupannya. Imannya yang dulu menuntunnya kini berganti menjadi kegelisahan yang mendalam. Ia bahkan jatuh ke dalam pengaruh buruk modernisme dan teologi liberal.

Kehidupan imannya hancur. la terpaksa mengabaikan imannya yang menuntunnya ke Amerika. Dengan keinginan untuk meraih doktor, John melanjutkan kuliahnya sambil bekerja.

Hanya dalam waktu sembilan bulan, ia berhasil meraih gelar sarjana lengkapnya dengan predikat sangat memuaskan. Kembali ia mendapat sejumlah hadiah dan penghargaan.

Selesai mendapatkan sarjana lengkapnya dalam bidang kimia, ia melanjutkan studi ke bidang filsafat. Kali ini, John Sung tidak lagi mendapatkan kesulitan dana, sebab ia ditunjang sepenuhnya oleh pemerintah Tiongkok.

Dengan gigih, ia belajar bahasa Jerman dan Prancis. la dapat menyelesaikan gelar Ph.D-nya hanya dalam waktu kurang dari setahun. Selesai meraih gelar doktornya, ia masih merasa belum puas untuk menimba ilmu.

Oleh karena itu, ia merencanakan menambah ilmu di Jerman. Sebelum keberangkatannya, Tuhan datang mencegahnya.

Ketika sedang memikirkan kampung halamannya, Yu-un si anak yang telah murtad itu seolah mendengar suara Tuhan berkata kepadanya, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?"

"Bisikan itu" menarik perhatiannya dan menjadikannya memikirkan ulang perjalanan imannya yang sudah menyimpang.

Sementara ia merenungkan betapa jauhnya ia telah meninggalkan Tuhan, tiba-tiba datang tawaran kepadanya untuk masuk Sekolah Tinggi Teologi di Union Theological Seminary.

Masih dalam kebimbangan iman, ia menerima tawaran itu. Akibatnya, ketika menimba ilmu teologi ia kehilangan kepercayaannya dan mulai menghina pendeta-pendeta yang memberitakan Injil.

Imannya hancur sampai ke dasar-dasarnya. Kemudian, ia mulai menekuni ajaran Buddha dan Tao termasuk Teosofi untuk mencari kedamaian. Namun, ia hanya mendapatkan kemalangan.

Kegagalannya membuatnya mencoba lagi mencari kedamaian dalam Kristus.

Akhirnya, pada tanggal 10 Februari 1926, ia memutuskan untuk menjadi pekabar Injil sepenuh waktu, sebab ia telah menerima kembali pengampunan dosa dan kasih Allah.

Segala beban hidupnya terlepas dan ia menjadi begitu bersukacita atas karunia Allah yang ia terima.

Sejak saat itu, Yu-un mengganti namanya menjadi John menurut nama John The Baptist (Yohanes Pembaptis).

Visi dan Misi Pelayanan John Sung

Pada tanggal 4 Oktober 1926, John Sung yang telah mengalami berbagai pengalaman di Amerika dan kasih karunia Allah, akhirnya memutuskan kembali ke Tiongkok dengan sejumlah gelar yang didapatnya.

Namun, sebelum kapal yang ditumpanginya merapat di dermaga Shanghai, ia membuang semua ijazah dan tanda kehormatan yang diperolehnya di Amerika ke laut, kecuali ijazah doktornya untuk diperlihatkan kepada ayahnya.

la berpikir bahwa ijazah-ijazah dan penghargaan itu dapat menggodanya untuk meninggalkan pelayanannya. Tindakannya itu sempat mendapat kritikan dari beberapa orang.

Mereka bahkan mengecapnya sebagai seorang pietis yang sempit. Tetapi, John tidak peduli.

Saat menginjakkan kakinya di tanah Tiongkok, John menanggalkan "pakaian Baratnya" dan mengenakan pakaian yang biasa dikenakan orang Tiongkok. Kepulangannya ke Tiongkok ini bukannya tanpa beban.

Ia tahu bahwa orangtuanya sangat menggantungkan harapan keluarganya kepadanya dan mengharapkan agar ia dapat bekerja di pemerintahan.

Sayang, ia tidak dapat memenuhi harapan orangtuanya karena ia telah bernazar untuk melayani Tuhan seumur hidupnya. Mendengar pengakuan anaknya tersebut, maka mereka menjadi kecewa.

Untuk membuktikan bahwa John serius dengan pilihan hidupnya, menjadi misionaris, dengan tegas ia menolak tawaran pekerjaan dari pemerintah Tiongkok.

Karya Pelayanan John Sung
Sejak tahun 1927, John Sung mengadakan perjalanan penginjilan ke seluruh Tiongkok.

Memang sejak terjun penuh dalam pelayanan, ia beberapa kali tergoda untuk meninggalkan pelayanan penginjilan, tetapi Tuhan selalu memperingatkannya melalui berbagai cara.

Menjelang tahun 1930, John menikah. Dan, tahun 1935 ia mulai melayani ke luar negeri.

la memulai perjalanannya dari Filipina, Singapura, Thailand, Malaysia bahkan sampai ke Indonesia. Penginjilan keliling yang dilakukannya mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.

la tidak mengenal lelah. Sekalipun penyakit sering menyerangnya, tetapi ia tidak menyerah. Hasilnya, ia menuai begitu banyak jiwa yang diselamatkan.

Selama pelayanannya, John berhasil membawa terang Injil ke hampir seluruh benua Asia. Sehingga orang menjulukinya sebagai Obor Allah di Asia.

Di samping itu juga, ia menulis sekitar lima belas nyanyian pujian, sembilan belas surat terbuka kepada gereja-gereja yang pernah dikunjunginya serta sebuah buku tentang cerita-cerita rohani bermakna dalam bentuk alegori.

Namun, semangat John akhirnya pudar juga. Setelah kembali dari Indonesia, ia merasa sangat lelah dan penyakitnya kambuh lagi pada tanggal 18 Agustus 1944. Dalam usia 42 tahun, ia menghembuskan napas terakhirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun