Di samping itu, ia melakukan pelayanan literatur dengan memimpin redaksi majalah "Kebangunan Rohani" yang diterbitkan sekolahnya.
John juga telah mengorganisasi kelompok-kelompok Pekabar Injil dan melakukan pelayanan di desa-desa sekitar kampusnya ketika ia masih kuliah.
Pada tahun-tahun terakhir masa kuliahnya untuk meraih gelar sarjana muda, John mengabaikan waktu berdoa dan membaca Alkitab.
Akibatnya, ia menjadi sombong dan tidak sabaran. la terperangkap dengan tuntutan belajarnya.
Pada tahun 1923, ia berhasil meraih gelar sarjana mudanya dengan predikat tertinggi (cumlaude) dan menyabet sejumlah hadiah uang tunai dan medali serta diangkat menjadi anggota eksklusif dalam perkumpulan sarjana terkemuka.
Saat itu, John menjadi orang terkenal karena media massa mempublikasikan keberhasilan dan kehebatannya.
Keberhasilannya telah membuat ia mendapatkan banyak tawaran pekerjaan dengan gaji dan kedudukan yang tinggi. Namun, tawaran-tawaran itu tidak membuatnya senang.
Kehidupan imannya yang sudah diabaikannya, ternyata menggugatnya dengan keras.
Hatinya menjadi kacau dan jiwanya tidak tenteram sehingga ia mengalami kemunduran kesehatan. John betul-betul berada di "persimpangan jalan."
la menjadi begitu pusing akan kehidupannya. Imannya yang dulu menuntunnya kini berganti menjadi kegelisahan yang mendalam. Ia bahkan jatuh ke dalam pengaruh buruk modernisme dan teologi liberal.
Kehidupan imannya hancur. la terpaksa mengabaikan imannya yang menuntunnya ke Amerika. Dengan keinginan untuk meraih doktor, John melanjutkan kuliahnya sambil bekerja.