Awalnya, sang ayah tidak menyetujui karena mereka tak memiliki biaya perjalanan untuk berangkat ke Amerika.
Oleh kasih karunia Tuhan, ia mendapat bantuan dari beberapa saudara seiman yang rindu membantunya agar ia dapat meraih impiannya.
Rencana keberangkatannya ke Amerika mendapat banyak tantangan. Mulai dari orangtua yang tidak memiliki biaya sampai kesehatan matanya yang tidak memungkinkan. Namun, Tuhan menyingkirkan semua itu.
Sejak bertobat, ia hanya mengandalkan doa untuk menghadapi kesulitan yang dihadapinya. Hebatnya, semua rintangan dan tantangan dapat menyingkir dengan cepat.
Pada tanggal 2 Maret 1920, walau dengan berat hati ia harus berangkat ke Amerika dan meninggalkan orangtuanya tercinta demi meraih impiannya untuk melanjutkan studi. Di kapal yang ditumpanginya hanya ia sendiri yang beragama Kristen.
Karena itu, ia sering mendapat kesulitan. Sekalipun pedih, tetapi ia tetap sabar dan tabah.
John tahu bahwa ia memiliki Allah yang berkuasa sehingga tantangan akan selalu menyertainya untuk menguji kesetiaannya kepada Tuhan.
Ketika kapal merapat di dermaga, John berpikir bahwa kesulitan yang ia alami selama dalam pelayaran akan segera berakhir. Namun, dugaannya sangat keliru.
la bahkan mengalami kesulitan di luar dugaannya. Setelah terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Wesley, ternyata beasiswa yang diterimanya tidak seperti yang dijanjikan sewaktu ia masih berada di Tiongkok.
John dan teman-temannya hanya menerima dana yang cukup untuk membayar uang kuliah. Janji untuk mendapatkan makanan dan akomodasi ternyata tidak ada.
John sangat kecewa sebab uang yang ada di sakunya hanyalah Rp. 60.000,00. Kali ini, imannya betul-betul diuji.