Bersyukurlah daerah Pinogu, Pohulongo, dan Tulabolo. Kedekatan jarak permukiman ini dari hutan taman nasional, sekaligus menjamin kelangsungan produksi durian-durian lokal mereka, karena komunitas kelelawar masih banyak di hutan ini.
Hampir jam 9 malam akhirnya kami sampai di rumah singgah Pohulongo. Istri Kak Madi segera membuatkan kami teh dan kopi panas. Bergantian kami ke Sungai Bone kembali, mandi di tempat yang konon masih ada buaya ini.
Selama makan malam yang telat, kami bercerita seru dengan tim lain yang tetap di Pohulongo tadi pagi. Perjalanan di hutan memang harus direncanakan matang. Kami tentu tetap bersyukur, semua selamat tanpa cidera. Mungkin hanya tersisa pegal-pegal saja esok hari.
Lain kali, kami tetap ingin perjalanan dengan rakit bambu di tengah hutan, yang nikmat, mirip-mirip film kungfu mandarin itu. Kalau bisa melihat buaya dari jarak jauh, mungkin lebih seru.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H