Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyusuri Sungai Bone di Gorontalo dan Hancurnya Rakit Bambu Kami

26 September 2021   20:12 Diperbarui: 30 September 2021   15:11 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lanskap Hungayono, salah satu lokasi di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang berada di Provinsi Gorontalo. (@Hanom Bashari)

Sekitar satu jam berlalu, rakit berukuran sekitar 1,5 x 4 meter persegi, pun akhirnya jadi. Sepertinya bagus dan kuat. Di bagian tengah dibuat tiga tiang penyangga untuk mengantung tas-tas kami.

Penampakkan rakit bambu kami yang akhirnya hancur dalam perjalanan menyusuri Sungai Bone. (@Hanom Bashari)
Penampakkan rakit bambu kami yang akhirnya hancur dalam perjalanan menyusuri Sungai Bone. (@Hanom Bashari)
Barang-barang yang tidak boleh kena basah seperti kamera, hape, dan dompet, telah kami bungkus terlebih dahulu dengan plastik di dalam tas. Seluruh tas digantung di tengah-tengah.

Bismillah, perjalanan dimulai. Idealnya perjalanan ini akan nikmat. Kita dapat menikmati susuran Sungai Bone yang jernih, dengan kanan kiri tebing berhutan. Ditambah angin semilir dan sore yang tidak panas.

Bayangan kami, persis seperti film-film mandarin klasik dengan jagoan kungfunya bercaping lebar, naik di atas rakit bambu. Namun sayang, bayangan indah memang hanya buat dikhayalkan.

Belum berapa lama, rakit kami sudah menunjukkan tanda-tanda ketidak-stabilan. Bobot kami yang begitu besar tampaknya menyebabkan rakit tidak lincah bergerak melewati batu-batu besar. Kak Madi sebagai juru mudi, tak kuasa mengendalikan rakit ini dengan benar.

Entah seberapa sering sebagian dari kami harus turun dan berjalan di tepi sungai, ketika sungai mendangkal.

Tak terasa, keindahan sore makin menghilang. Cahaya makin meredup dan kami belum juga sampai setengah perjalanan. Gelisah mulai muncul sampai akhirnya gelap pun tiba. Senter yang kami punya hanya seadanya, tapi sudah dipersiapkan.

Ketegangan terjadi ketika kami melewati beberapa jeram dan lubuk sungai. Sejatinya ini menguntungkan untuk rakit melaju, namun sebagain besar daerah tersebut berada di tikungan sungai dengan arus yang menabrak tebing batu. Salah kendali, kami juga bisa ikut menabrak tebing tersebut.

Satu kali, keadaan begitu panik. Dalam gelap, perahu tidak bisa bergerak maju, apalagi mundur. Halim dan Kak Madi sudah berusaha mendorong rakit dengan bilah-bilah bambu. Ternyata rakit tersangkut di batu besar.

"Jangan ada yang turun, tetap di rakit semua" teriak Pak Taufik. Awalnya kami ingin turun juga.

"Coba tongka lagi, Kak Madi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun