“Jangan anggap remeh mitos itu. Aku takut,” peringat Samantha. Akhirnya, Jae Woon pun menepikan mobil mewahnya di bahu jalan.
“Apa aku terlihat tidak menyayangimu lagi?” tanya Jae Woon tanpa tedeng aling-aling terlebih dahulu. Ia melayangkan tatapan tajam ke arah Samantha.
“Anniya, tapi—”
“Lanjutkan.” Jae Woon menggenggam tangan Samantha erat seolah memberikan kekuatan pada gadisnya untuk berterus terang tentang semua yang membuat hatinya kalut sekarang.
“Aku memang gadis yang selalu berpikiran rasional. Tapi, aku takut jika kehilanganmu. Sangat takut.” Samantha menatap lelakinya intens. Ingin meyakinkan Jae Woon jika perkataannya benar-benar serius dan harus dipercayai.
Ada perasaan bersalah yang kini hadir di hati Jae Woon. Ia selalu bertumpu pada pikiran rasional Samantha, dan selalu menyalahkan gadisnya untuk tidak mempercayai mitos. Sekarang, ia sadar jika cinta mampu menumbangkan sebuah pikiran rasional.
“Kita berdoa saja semoga tidak ada hal buruk yang akan menimpa hubungan kita.” Jae Woon meletakkan kedua tangannya di pundak Samantha. Menatapnya dengan pandangan yang dalam untuk meyakinkan gadisnya. Bahkan, ia sudah terlihat seperti seorang penghipnotis yang sedang memberikan sugesti.
“Don’t worry, Sam. That’s just a myth,” tenang Jae Woon. Samantha tersenyum, lalu memeluk seseorang di hadapannya dengan erat.
Beberapa saat kemudian, mereka melanjutkan perjalanan lagi. Lagu-lagu bertempo slowyang Jae Woon putar melalui MP3 mobilnya, ikut membantu menenangkan pikiran Samantha. Perlahan, ia tertidur.
Sepasang kekasih yang tengah dilanda konflik pikiran itu, kini tengah memejamkan kedua matanya di bawah shower yang memancarkan air hangat. Banyak hipotesis yang muncul di pikiran mereka. Samantha lebih menitik beratkan jika akan berpisah dengan kekasihnya lantaran mitos itu. Bagaimana tidak, Jae Woon adalah seorang entertainer. Kehidupannya erat dengan skandal. Kini, Samantha juga berpikir jika mungkin saja Jae Woon akan berselingkuh.