Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Separated Identity [Chapter 1: Myth?]

29 Mei 2016   12:20 Diperbarui: 29 Mei 2016   13:02 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            Di pantai itu terdapat sebuah mitos, yaitu jika sepasang kekasih mengukir namanya pada sebuah batang pohon Cyclobalanopsis, dan saat mereka kunjungi lagi masih utuh, berarti cinta mereka akan abadi. Sebaliknya, jika ukiran nama tersebut hilang, dipercayai akan ada hal buruk yang akan menimpa hubungan mereka.

***

            “Pantai ini tidak banyak berubah,” komentar seorang gadis dengan kunciran braid menyamping saat merasakan angin yang berembus sepoi-sepoi sembari merentangkan kedua tangan.

            “Kau benar.” Seseorang di dekatnya mengiyakan. Samantha membuka kedua matanya, lantas menoleh.

            “Oh, ya, apa kau lupa tentang mitos di tempat ini?” tanya Samantha antusias. Sebuah senyum tipis terulas di bibir Jae Woon. Ia menggeleng pelan, lalu menggandeng tangan Samantha menuju letak Cyclobalanopsis di mana mereka mengukir nama.

            Dari banyaknya pohon yang berjejer, Jae Woon tidak begitu kesulitan menemukan sebuah pohon yang terasa spesial itu. Ia menalikan sebuah pita berwarna pink pada batangnya. Mereka beruntung, pita itu masih berada di sana. Itu tandanya, pita itu bisa menjadi petunjuk.

            “Itu pohonnya!” seru Samantha sambil menunjuknya.

            “Aku yakin nama kita masih ada. Bukankah aku begitu menyayangimu, nona Samantha?” Jae Woon tersenyum nakal. Namun, sang nona justru mengerucutkan bibir. Ia pun melepaskan gandengannya, dan berlari meninggalkan lelakinya untuk lebih dulu menuju sebuah pohon yang bahkan bisa membuatnya kegirangan.

            Ekspresi wajah Samantha yang mulanya ceria, seketika berubah. Bercampur kaget dan kecewa. Melihatnya, Jae Woon segera berlari kecil. Padahal, sebelumnya, ia berjalan santai dengan melipat tangannya di dada.

            “Kau kenapa, Sam?” Jae Woon menatap gadisnya khawatir saat berhasil berada di sampingnya.

            “…..” Tidak ada jawaban. Jae Woon menghela napas, lantas memerhatikan batang pohon Cyclobalanopsis itu. Setelahnya, ia memicingkan mata. Kedua nama mereka yang ditulis secara berurutan ke bawah serta disatukan oleh lambang hati, kini terlihat kacau karena ada goresan-goresan yang tidak teratur menutupinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun