Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Separated Identity [Chapter 1: Myth?]

29 Mei 2016   12:20 Diperbarui: 29 Mei 2016   13:02 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            Tuhan, tolong lindungi aku, Samantha membatin seraya menutup kedua mata erat. Hatinya juga tidak berhenti merapal doa-doa. Tidak lama setelah itu, irama angin perlahan kembali seperti semula. Kedua tangan Samantha juga berhenti bergetar. Keadaan sudah tenang.

            Apa yang sebenarnya terjadi? tanyanya linglung setelah membuka kedua mata, kemudian menutup kembali jendela dengan cepat. Banyak pertanyaan yang muncul di pikirannya sekarang.

            Apa pikiranku sudah teracuni oleh film horor? Apa dia hantu? Aku selalu berpikiran rasional. Tidak, dia bukan hantu! Tapi, bagaimana aku bisa berhalusinasi? Aku baik-baik saja.

***

            Baiklah, Samantha terdiam sejak ia membukakan pintu untuk Jae Woon, yang keluar untuk membeli makanan. Sekarang, ia hanya mengaduk-ngaduk makanannya dengan malas sambil sesekali memasukkannya ke dalam mulut. Raut wajahnya nampak murung. Jae Woon mengernyitkan dahi. Tidak mengerti apa yang sebenarnya membuat gadisnya itu kalut. Mitos? Hantu? Rasanya tidak mungkin. Ia masih tetap memegang pendiriannya jika Samantha adalah gadis yang selalu berpikiran rasional.

            “Apa yang kau pikirkan? Kau membuatku khawatir saja,” kata Jae Woon, memulai perbincangan. Samantha menghela napas sejenak sebelum menjawab pertanyaan. “Anniya.”

            “Apa kau masih memikirkan mitos itu? Atau… sesosok lelaki yang mungkin kau pikir adalah hantu?” Jae Woon mencoba menebak.

            Gadis yang masih mengaduk-ngaduk makanannya itu mengangkat wajahnya dan menatap lelaki di hadapannya tanpa minat. “Perasaanku tidak keruan. Entahlah, bagaimana tepatnya. Aku tidak bisa menjelaskannya.”

            “Baiklah, habiskan makananmu lalu kita pulang,” titah Jae Woon seraya memegang pipi Samantha. Gadis itu hanya mengangguk malas.

***

            “Jika tiba-tiba saja kita berpisah bagaimana?” Jae Woon bergumam dan membelalakkan kedua matanya. Merasa cukup kaget dengan pertanyaan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun