“Kau terlalu percaya diri!” umpat Samantha dengan nada datar. Jae Woon mendecak, lalu meraih gadis yang mengumpatinya barusan ke dalam pelukan dada bidangnya.
“Ini hanya sekadar mitos. Meski pun aku seorang entertainer, tapi hubungan kita selama ini baik-baik saja, kan?” tenang Jae Woon seraya mengelus punggung kepala Samantha lembut. Gadis itu hanya bergumam. Menampakkan kepasrahannya.
Mereka terdiam cukup lama. Samantha sendiri masih terlalu syok atas apa yang terjadi. Ia merasa kalau ini akan lebih menyakitkan; karena hubungannya dengan Jae Woon akan hancur, bahkan saat jarak dengan kekasihnya itu tidak berbeda negara seperti sebelumnya.
“Ayo kita pergi dari sini.” Samantha menarik pergelangan tangan lelakinya dengan paksa. Sebenarnya, pantai adalah salah satu tempat favoritnya. Tapi, ternyata mitos itu sudah benar-benar mengganggu pikirannya. Entahlah, seorang gadis blasteran Korea-Kanada yang biasanya selalu berpikiran rasional, tiba-tiba saja dibuat kalut oleh sebuah mitos.
Kedua pasang kaki itu, kini tengah melangkah guna mengelilingi tiap sudut sebuah tempat di mana bangunanannya didominasi oleh warna putih dengan jumlah tiap lantainya berkisar enam. Dan, tempat itu adalah kampus baru Samantha.
Sabtu sore. Tidak banyak aktifitas yang terjadi. Akhir pekan membuat kampus dengan grade tinggi itu, menjelma seperti rumah kosong yang ditinggal penghuninya.
Dan, hal yang kurang disukai Samantha adalah letak kelas jurusannya yang berada di lantai enam, serta koridor panjang yang harus ia lewati. Bukan perkara imej horor yang melekat. Tapi, hanya karena sebuah alasan klasik.
“Koridor, ya? Seperti dalam drama saja. Terjadi sebuah pertemuan antara murid baru dengan primadona kampus ketika melewatinya. Mereka dipertemukan dengan ketidaksengajaan, menabrak satu sama lain. Lalu, si primadona itu akan membantu mengumpulkan buku-buku milik si murid baru. Setelahnya, mereka pun berkenalan, dan berakhir dengan terjalinnya sebuah hubungan. Jika hal itu terjadi padaku, bagaimana? Aku akan bersaing dengan Choi Jae Woon menjadi seorang aktris,” oceh Samantha menyuarakan imajinasinya dengan senyuman-senyuman tidak jelas. Jae Woon hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, tidak habis pikir dengan ucapan gadisnya.
Yah, setidaknya juga Jae Woon merasa lega karena guyonan-guyonannya tadi berhasil membuat Samantha melupakan pikiran negatif tentang retaknya hubungan mereka.