Mohon tunggu...
Habi Setiawan
Habi Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Malang

Saya Mahasiswa Universitas Islam Malang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

pengaruh perlakuan kolkisin terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis

15 Januari 2025   00:00 Diperbarui: 14 Januari 2025   03:08 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

ABSTRAK

Permintaan jagung manis (Zea mays saccharata L.) terus meningkat seiring dengan Permintaan jagung manis (Zea mays saccharata L.) terus meningkat seiring pertumbuhan populasi dan perkembangan industri pangan. Namun, produktivitas dalam negeri belum mencukupi kebutuhan nasional, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh durasi perendaman benih dalam larutan kolkisin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis varietas Paragon. Penelitian dilakukan pada Februari-Mei 2023 di Malang dengan perlakuan perendaman benih dalam larutan kolkisin (600 ppm) selama 0, 5, 10, 15, 20, dan 25 jam. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang tongkol, dan bobot segar tongkol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kolkisin secara signifikan memengaruhi parameter pertumbuhan dan hasil. Durasi perendaman 20 jam memberikan hasil terbaik dengan panjang tongkol 19,19 cm dan bobot segar tongkol tanpa klobot 313,93 g. Meskipun demikian, durasi perendaman yang lebih lama berisiko memberikan efek toksisitas, yang dapat menghambat beberapa aspek pertumbuhan. Kolkisin terbukti mampu meningkatkan potensi genetik tanaman jagung manis, tetapi diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan konsentrasi dan durasi perendaman guna meminimalkan efek toksisitas.

Kata Kunci: jagung manis, kolkisin, poliploidi, produktivitas, durasi perendaman

PENDAHULUAN

 

Permintaan jagung terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi serta perkembangan industri pangan dan pakan. Namun, produksi jagung dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan nasional sepenuhnya. Data menunjukkan bahwa produksi jagung manis nasional mengalami peningkatan setiap tahun dari 2018 hingga 2023. Meski demikian, Indonesia masih memerlukan impor jagung untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Saat ini, kebutuhan jagung nasional dipenuhi melalui kombinasi produksi dalam negeri dan impor.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2024), produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14% di Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 14,46 juta ton, mengalami penurunan sebesar 2,07 juta ton atau 12,50% dibandingkan dengan tahun 2022. Tren produksi jagung nasional sebelumnya menunjukkan peningkatan pada periode 2021-2022, yang didorong oleh peningkatan luas panen dan produktivitasnya.

Penurunan produksi pada tahun 2023 dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan volume impor jagung manis di Indonesia. Impor jagung manis mengalami peningkatan signifikan sebesar 42,46% pada periode 2022-2023, yaitu dari 13.414,92 ton menjadi 16.527,27 ton. Peningkatan impor ini disebabkan oleh tingginya permintaan jagung manis, khususnya sebagai bahan baku untuk industri dan pakan ternak. Selain itu, pola panen jagung yang mencapai puncak produksi hanya pada bulan Februari, Maret, dan April, sementara di bulan-bulan lainnya relatif stabil, turut berkontribusi pada kebutuhan impor (Melia et al., 2023). Bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun juga menjadi faktor yang mendorong peningkatan kebutuhan jagung manis.

Upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas tanaman jagung dapat dilakukan melalui perbaikan genetik, salah satunya dengan teknik pemuliaan berbasis mutasi. Metode ini mencakup peningkatan tingkat ploidi tanaman. Poliploidi dapat terjadi secara alami maupun melalui intervensi buatan. Salah satu cara umum untuk menginduksi mutasi buatan adalah dengan memanfaatkan senyawa kimia seperti kolkisin.

Penggunaan kolkisin dalam induksi mutasi bertujuan untuk meningkatkan karakteristik tanaman, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, terutama dalam mendukung peningkatan produktivitas. Potensi hasil pada tanaman umumnya dikendalikan oleh banyak gen (bersifat poligenik), sehingga peningkatan jumlah gen pada tanaman dapat berdampak langsung terhadap peningkatan hasil produksi. Dengan menggunakan kolkisin, dosis gen dapat diperbanyak sehingga tanaman berpotensi menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi.

Kolkisin merupakan senyawa kimia dengan sifat antimitotik yang sering dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan keragaman genetik tanaman. Berbagai penelitian telah membuktikan efektivitas kolkisin dalam menghasilkan mutan pada tanaman. Induksi poliploidi menggunakan kolkisin telah banyak dilakukan dengan tujuan beragam, seperti memperoleh varietas tanaman unggul dan meningkatkan kualitas tanaman. Penggunaan kolkisin juga terbukti mampu meningkatkan variasi fenotipe maupun genotipe suatu tanaman (Nugroho et al., 2024).

Kolkisin dimanfaatkan untuk meningkatkan variasi fenotipe dan genotipe pada tanaman. Tanaman yang mendapatkan perlakuan kolkisin sering menunjukkan perubahan pada berbagai karakteristik, seperti warna biji, tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, serta ukuran dan waktu berbunga (Zuyasna, 2021).

Penggunaan konsentrasi larutan kolkisin dan durasi perendaman yang kurang tepat dapat menyebabkan poliploidi tidak terbentuk. Sebaliknya, jika konsentrasi kolkisin terlalu tinggi atau durasi perendaman terlalu lama, hal ini dapat berdampak negatif, seperti menurunnya kualitas penampilan tanaman.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan durasi perendaman kolkisin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata L.).

 

 

 

METODE PENELITIAN

 

 

WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari 2023 sampai Mei 2023 di Jl. Telaga Warna Blok F, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang dengan ketinggian tempat 500 meter di atas permukaan laut (m dpl), suhu udara rata-rata berkisar antara 23oC - 29oC. Analisis kualitas tanaman dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang.

PERSIAPAN BENIH

Benih jagung di rendam pada larutan kolkisin sesuai dengan perlakuan yaitu selama 0, 5, 10, 15, 20, 25 jam dengan konsentrasi 600 ppm. Setelah direndam benih di baluri dengan insektisida guna mengindari resiko benih dimakan semut ataupun serangga yang berada di dalam tanah. Benih jagung manis di tanam pada sore hari karena untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

PENANAMAN BENIH

  • Penanaman benih dilakukan dengan cara di tugal pada lubang tanam yang telah disiapkan dengan isi 2 biji per lubang tanam sedalam 2-3 cm kemudian di tutup kembali. Adapun jarak tanam yang digunakan yaitu 20 x 50 cm.

PENYULUHAN

Penyulaman apabila ada tanaman yang tidak tumbuh dengan baik ataupun mati dikarenakan serangan hama dan penyakit atau bahkan pertumbuhan tanaman dilihat abnormal. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 7 sampai 14 hari.

PENJARANGAN

Penjarangan dilakukan untuk mengurangi persaingan tanaman dalam menyerap unsur hara pada tanah dan mencegah tanaman kekurangan cahaya matahari. Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7-14 hari bertepatan dengan penyulaman tanaman. Jumlah tanaman yang disisakan setelah penjarangan yaitu satu tanaman per lubang tanam. Adapun kriteria tanaman yang disisakan yaitu tanaman yang paling baik pertumbuhannya.

 

 

PEMELIHARAAN TANAMAN

Pemeliharaan tanaman dilakukan untuk mendukung tanaman agar tumbuh dengan baik sesuai dengan perlakuannya. Pemeliharaan tanaman meliputi: penyiraman, pengendalian hama, penyakit dan gulma. Pada penelitian ini tidak dilakukan penyiraman dikarenakan bertepatan dengan musim penghujan, sehingga kebutuhan air sudah tercukupi oleh curah hujan. Pengendalian hama dan gulma dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan. Gulma dikendalikan dengan cara kimiawi, dengan menyemprotkan herbisida selektif kayabas pada sekitar umur 30 hari setelah tanam untuk pengendalian lebih efektif dan efisien. Sedangkan untuk pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida sapporo pada saat serangan ulat jagung umur 30 hari setelah tanam, sesuai dengan kendala serangan pada tanaman.

Pengendalian penyakit bulai dan semut dilakukan sebelum penanaman dengan melakukan perendaman dengan acrobat dan cruiser. Pemeliharaan dilakukan setelah 14 hari setelah tanam, hal ini bertujuan untuk menunjang pertumbuhan tanaman di lapang dan guna menghindari adanya kontaminasi dari organisme yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

PEMUPUKAN

Pemupukan pada jagung umumnya dilakukan pada saat tanaman berumur 10, 25, 35 hst, dengan dosis dan takaran 4,1 gram per tanaman. Adapun pupuk yang di aplikasikan yaitu pupuk urea dan KNO3.

PANEN

Jagung manis di panen pada umur 82 hst, ketika rambut jagung manis kering berwarna coklat, tongkolnya telah berisi penuh, dan warna kelobot masih hijau. Waktu optimal pemanenan dilakukan pada pagi hari dikarenakan suhu masih rendah, apabila suhu tinggi maka akan mengurangi kandungan gula pada bijinya.

VARIABEL PENGAMATAN

Pengamatan dilakukan secara non destruktif, dengan interval setiap 2 minggu sekali dimulai pada umur 14 hari setelah tanam. Variabel hasil dilakukan saat panen. Adapun variabel yang diamati yaitu pertumbuhan dan hasil. Variabel pertumbuhan meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, diameter tongkol, panjang tongkol, bobot segar tongkol tanpa klobot, bobot segar tongkol dengan klobot,jumlah biji per baris dan jumlah biji per lingkaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh perlakuan lama perendaman kolkisin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata L.). Data menunjukkan bahwa perlakuan kolkisin memiliki pengaruh signifikan terhadap beberapa parameter pertumbuhan dan hasil tanaman, seperti tinggi tanaman, jumlah daun, panjang tongkol, serta bobot segar tongkol dengan dan tanpa kelobot.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman jagung manis berbagai umur pada perlakuan berbagai lama perendaman hormon kolkisin

Pada variabel Tabel 1 tinggi tanaman, hasil menunjukkan bahwa perlakuan R0 (tanpa perendaman kolkisin) memberikan nilai tinggi tanaman tertinggi pada umur 70 HST (201,83 cm). Sebaliknya, perlakuan R4 (perendaman 20 jam) menunjukkan nilai terendah (184,50 cm). Hal ini menunjukkan bahwa durasi perendaman yang lebih lama dapat mengurangi efektivitas kolkisin dalam mendukung pertumbuhan tanaman, kemungkinan disebabkan oleh efek toksik kolkisin pada konsentrasi tertentu, sebagaimana dilaporkan oleh Sa'adah, S. I. (2021).

Tabel 2. Rata-rata jumlah daun jagung manis berbagai umur pada perlakuan berbagai lama perendaman hormon kolkisin

Perlakuan

Jumlah daun (helai) pada umur (hst)

14

28

42

56

70

R0

3,60

5,40 b

5,93 b

10,80 b

11,00

R1

2,83

4,62  a

5,43 ab

8,17 a

10,33

R2

3,20

5,47 b

6,00 b

10,07 ab

10,73

R3

2,92

4,72 ab

5,08 ab

8,05 a

11,27

R4

2,67

4,39 a

4,72 a

8,07 a

10,37

R5

2,48

5,14 ab

5,50 ab

8,92 ab

10,17

BNJ 5%

tn

0,76

1,17

2,39

tn

asil uji BNJ 5% pada pengamatan jumlah daun jagung manis pada umur 28, 42, dan 56 HST menunjukkan adanya perbedaan signifikan antar perlakuan.

Pada umur 28 HST, perlakuan R0 (perendaman 0 jam) dan R2 (perendaman 10 jam) menghasilkan jumlah daun yang cenderung lebih baik dan setara dengan R3 (perendaman 15 jam) serta R5 (perendaman 25 jam), namun berbeda dengan R1 (perendaman 5 jam) dan R4 (perendaman 20 jam). Rata-rata jumlah daun pada R0 dan R2 masing-masing adalah 5,40 helai dan 5,47 helai.

Pada umur 42 HST, R0 dan R2 tetap menunjukkan hasil yang lebih baik, sejajar dengan perlakuan R1, R3, dan R5, tetapi berbeda dengan R4. Rata-rata jumlah daun pada R0 dan R2 mencapai 5,93 helai dan 6,00 helai.

Pada umur 56 HST, R0 menunjukkan hasil terbaik, setara dengan R2 dan R5, namun berbeda signifikan dari R1, R3, dan R4. Rata-rata jumlah daun pada R0 tercatat sebanyak 10,80 helai. Penurunan jumlah daun pada perlakuan durasi perendaman yang lebih lama dapat disebabkan oleh gangguan pada proses pembelahan sel akibat pengaruh kolkisin. 

Lama perendaman benih dalam larutan kolkisin merupakan faktor penting yang memengaruhi jumlah kolkisin yang terserap oleh benih. Perendaman dengan durasi yang panjang dan konsentrasi kolkisin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem kerja sel tanaman (Ermayanti et al., 2018). Konsentrasi kolkisin yang meningkat, bersamaan dengan durasi perendaman yang lebih lama, berisiko menyebabkan keracunan sel sehingga menghambat penambahan jumlah kromosom pada tanaman (Mo et al., 2020). Kondisi ini berdampak negatif pada produktivitas dan pertumbuhan tanaman, seperti yang teramati pada selada merah, di mana kombinasi durasi perendaman yang lama dan konsentrasi kolkisin yang tinggi mengakibatkan keracunan sel yang menghambat proses pertumbuhan (Ermayanti et al., 2018).

Tabel 3. Rata-rata diameter batang jagung manis berbagai umur pada perlakuan berbagai lama perendaman hormon kolkisin

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter batang tidak mengalami perbedaan signifikan pada semua perlakuan (BNJ 5% = tidak nyata). Namun, perlakuan perendaman selama 15 jam (R3) menghasilkan diameter batang terbesar pada umur 70 hst (24,81 mm). Diameter batang merupakan indikator kekuatan struktur tanaman. Meskipun tidak signifikan, perlakuan kolkisin dapat memengaruhi akumulasi biomassa, yang mendukung pertumbuhan batang lebih besar.

. Hal ini berarti bahwa sumber data sampel diameter batang memiliki sebaran data dengan rentang variasi yang mendekati rata-rata atau akurat dengan rerata. Perlakuan kolkisin pada konsentrasi yang tepat dapat mengakibatkan poliploidi sehingga ukuran diameter batang terbesar dan diameter batang terkecil menjadi lebih besar, sebaliknya akan terjadi hambatan pertumbuhan diameter batang akibat perlakuan kolkisin pada konsentrasi yang lebih tinggi dan waktu perendaman yang lebih lama (Sodiq, N. A. M., & Ulpah, S. 2023).

Tabel 4. Rata-rata diameter tongkol jagung manis pada perlakuan berbagai lama perendaman hormon kolkisin saat panen

 

Tabel 5. Rata-rata panjang tongkol jagung manis pada perlakuan berbagai lama perendaman hormon kolkisin saat panen

Hasil uji BNJ 5% pada pengamatan panjang tongkol jagung manis menunjukkan bahwa perlakuan R1 (perendaman 5 jam), R2 (perendaman 10 jam), dan R4 (perendaman 20 jam) menghasilkan panjang tongkol yang cenderung lebih baik dan setara dengan R3 (perendaman 15 jam) serta R5 (perendaman 25 jam), tetapi berbeda signifikan dengan R0 (perendaman 0 jam). Rata-rata panjang tongkol pada perlakuan R1, R2, dan R4 masing-masing adalah 19,16 cm, 19,13 cm, dan 19,19 cm.

Berdasarkan hasil analisis ragam (ANOVA), perlakuan lama perendaman tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap bobot segar tongkol dengan klobot, namun memberikan pengaruh nyata terhadap bobot segar tongkol tanpa klobot.

Peningkatan panjang tongkol pada perlakuan kolkisin tertentu menunjukkan bahwa senyawa ini dapat meningkatkan potensi hasil melalui pengaruhnya pada ekspansi jaringan tanaman.

Tabel 6. Rata-rata jumlah biji per lingkaran jagung manis pada perlakuan  berbagai lama perendaman hormon kolkisin saat panen

 

Tabel 7. Rata-rata jumlah biji per baris jagung manis perlakuan berbagai lama perendaman hormon kolkisin saat panen

Hasil pada Tabel 6 dan Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah biji per lingkaran dan per baris tidak berbeda nyata pada semua perlakuan (BNJ 5% = tidak nyata). Namun, perlakuan R3 menunjukkan jumlah biji per lingkaran tertinggi (14,47 biji), sementara jumlah biji per baris tertinggi terdapat pada kontrol (R0) dengan 36,67 biji.

Efek kolkisin pada pengisian biji mungkin dipengaruhi oleh durasi perendaman, di mana perlakuan yang optimal dapat meningkatkan hasil, tetapi durasi yang berlebih dapat menghambat perkembangan biji.

Tabel 8. Rata-rata bobot segar jagung manis pada perlakuan berbagai lama perendaman hormon kolkisin saat panen

Perlakuan

Bobot segar tongkol dengan klobot (g)

Bobot segar tongkol tanpa klobot (g)

R0

314,43

193,31 a

R1

397,05

297,35 b

R2

371,86

300,07 b

R3

380,96

265,37 ab

R4

440,21

313,93 b

R5

391,90

289,00 ab

BNJ 5%

tn

110,19

Hasil uji BNJ 5% pada pengamatan bobot segar tongkol dengan klobot jagung manis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antar perlakuan. Namun, pada pengamatan bobot segar tongkol tanpa klobot, perlakuan R1 (perendaman 5 jam), R2 (perendaman 10 jam), dan R4 (perendaman 20 jam) menghasilkan bobot yang cenderung lebih baik dan setara dengan R3 (perendaman 15 jam) serta R5 (perendaman 25 jam), tetapi berbeda signifikan dengan R0 (perendaman 0 jam). Rata-rata bobot segar tongkol tanpa klobot pada perlakuan R1, R2, dan R4 masing-masing adalah 297,35 g, 300,07 g, dan 313,93 g.

Hal ini menunjukkan bahwa kolkisin dapat meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya untuk pengisian biji dan perkembangan tongkol, sesuai dengan hasil penelitian Nugroho et al. (2024) yang menyebutkan bahwa kolkisin mampu meningkatkan kapasitas genetik tanaman untuk produksi biomassa.

 

ANALISIS SECARA KESELURUHAN

Secara keseluruhan, perlakuan kolkisin memberikan pengaruh bervariasi terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Durasi perendaman kolkisin yang terlalu lama cenderung memberikan efek negatif pada beberapa parameter, seperti jumlah daun dan tinggi tanaman, kemungkinan disebabkan oleh akumulasi toksisitas. Namun, untuk hasil panen, perlakuan R4 menunjukkan performa terbaik, terutama pada panjang tongkol dan bobot segar tongkol tanpa klobot.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Nugroho et al. (2024) yang menyatakan bahwa penggunaan kolkisin dapat meningkatkan potensi genetik tanaman, tetapi memerlukan optimasi konsentrasi dan durasi aplikasi agar tidak menimbulkan efek negatif.

Herman et al. (2014) menjelaskan bahwa pemberian kolkisin menyebabkan perubahan yang bervariasi pada tanaman, karena hanya memengaruhi sebagian sel, terutama sel meristem yang aktif membelah. Perlakuan perendaman selama 20 jam terbukti menghasilkan bobot kering tanaman jagung manis yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kolkisin dapat meningkatkan bobot kering tanaman dengan cara mendorong pembesaran jaringan daun, yang meningkatkan proses fotosintesis dan memungkinkan tanaman menyimpan lebih banyak bahan kering. Selain itu, pembesaran jaringan buluh pengangkut mempermudah transportasi zat hara ke daun dan hasil fotosintesis, sehingga tanaman dengan perlakuan kolkisin memiliki bobot kering yang lebih tinggi dibandingkan tanaman tanpa perendaman kolkisin (Syaifudin et al., 2013).

Menurut Seipin et al. (2015), selain durasi perendaman hormon kolkisin, faktor lain yang mendukung peningkatan hasil panen jagung manis adalah laju fotosintesis yang meningkat, yang secara langsung berkontribusi pada peningkatan produksi. Proses fotosintesis menghasilkan karbohidrat dalam bentuk bahan kering, yang menjadi komponen utama dalam produksi tanaman. Semakin tinggi bobot kering yang dihasilkan, semakin besar cadangan makanan yang dapat disimpan oleh tanaman, yang menjadi indikator kualitas hasil panen. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan tersebut memberikan dampak positif dalam meningkatkan hasil panen tanaman.

Pengaruh perlakuan kolkisin pada variabel yang diamati menunjukkan hasil yang bervariasi, karena kolkisin merupakan mutagen yang memengaruhi sel tanaman secara acak, menghasilkan karakter yang beragam akibat respons tanaman yang berbeda-beda (Kazi, 2015). Secara keseluruhan, banyak parameter menunjukkan rata-rata yang tidak berbeda signifikan, yang diduga disebabkan oleh efek kolkisin yang telah habis pada tahap perkecambahan. Ketika pengaruh kolkisin berkurang, sel tanaman poliploid yang baru dapat membentuk benang spindel sebagai aparatus mitosis di kedua kutubnya, sehingga terbentuk nukleus anakan poliploid seperti pada tahap telofase mitosis normal (Nofitahesti dan Daryono, 2016). Kondisi ini menyebabkan respons tanaman menjadi tidak berbeda nyata.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanaman jagung dapat disimpulkan bahwa:

  • Pada variabel pertumbuhan, perlakuan R0 (Lama perendaman 0 jam) menunjukkan hasil yang cenderung lebih baik pada parameter tinggi tanaman pada 42 dan 56 hst dan parameter jumlah daun pada 28 ,42 dan 56 hst.
  • Pada variabel hasil, perlakuan R4 (Lama perendaman 20 jam) menunjukkan hasil yang cenderung lebih baik pada parameter panjang tongkol, bobot segar tongkol tanpa klobot dan bobot kering tongkol tanpa klobot.
  • Data menunjukkan bahwa kolkisin memengaruhi berbagai parameter pertumbuhan dan hasil jagung manis, dengan perlakuan optimal pada durasi perendaman 20 jam (R4). Meskipun demikian, efek toksisitas pada perlakuan dengan durasi tertentu (misalnya, R3) perlu menjadi perhatian, karena dapat menghambat beberapa aspek pertumbuhan tanaman.

REFERENSI

Badan Pusat Statistik Indonesia. (15 Oktober 2024). Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung Menurut Provinsi. Diakses pada 13 Januari 2025, dari https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MjIwNCMy/luas-panen--produksi--dan-produktivitas-jagung-menurut-provinsi.html

Berikut adalah daftar pustaka yang sudah disusun sesuai format daftar pustaka yang benar (mengacu pada gaya APA):

Ermayanti, T. M., Wijayanta, A. N., & Ratnadewi, D. (2018). Induksi poliploidi pada tanaman talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) kultivar Kaliurang dengan perlakuan kolkisin secara in vitro. Jurnal Biologi Indonesia, 14(1).

Kazi, N. A. (2015). Polyploidy in Solanaceous crops. AJSM, 3(4), 69--73.

Melia, F., Aldian, F. M., Pahlevi, M. S. F., Risqullah, R. N. I., & Oktaffiani, S. (2023). Peran pemerintah dalam meningkatkan volume ekspor jagung. Jurnal Economina, 2(1), 269--284.

Nofitahesti, I., & Daryono, B. S. (2016). Karakter fenotip kedelai (Glycine max L. Merr) hasil poliploidisasi dengan kolkisin. Scientiae Educatia: Jurnal Pendidikan Sains, 5(2), 1--8.

Nugroho, M. A., Rahmadina, R., & Idami, Z. (2024). Pengaruh pemberian kolkisin terhadap kromosom pada tanaman selada merah (Lactuca sativa L. var. red rapid). ORYZA (Jurnal Pendidikan Biologi), 13(2), 286--296.

Sa'adah, S. I. (2021). Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkisin terhadap jumlah kromosom, pertumbuhan, dan hasil tanaman siomak (Lactuca sativa L.) (Tesis doktoral, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Seipin, M., Jurnawaty, S., & Erlida, A. (2015). Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) pada lahan gambut yang diberi abu sekam padi dan trichokompos jerami padi. Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru.

Sodiq, N. A. M., & Ulpah, S. (2023). Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai hitam varietas Detam 2 (Glycine soja (L.) Merr). Ekoagrotrop, 1(2), 1--9.

Syaifudin, A., Ratnasari, E., & Isnawati, I. (2013). Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai (Capsicum annum var. Lado F1). LenteraBio, 2(2).

Zuyasna, A., Marliah, A., Rahayu, E., Hayati, R., & Husna, R. (2021). Pertumbuhan nilam MV1 varietas Lhokseumawe akibat konsentrasi dan lama perendaman kolkisin. Agro Bali: Agriculture Journal, 4(1), 23--33.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun