Mohon tunggu...
Guy Kusnandar
Guy Kusnandar Mohon Tunggu... -

Menulis adalah kebutuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Misterius

11 Februari 2012   06:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:47 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar suara itu, mereka menoleh pada sumber suara sambil terbelalak kaget. Jantung Ferdi kini berdegup kencang masih tak percaya apa yang sedang dilihatnya itu. Seorang Nenek bertubuh kurus dan bongkok dengan ramput putihnya menjuntai menutupi separuh wajah seramnya, kini berdiri dan menyapa dihadapannya.”Bagaimana ada seseorang yang tinggal di tempat seperti ini?”, bisik hatinya heran.

“Nenek siapa?”
“Aku pemilik rumah ini, masuk laah” sahutnya sambil membalikan badan dan melangkah pelan menuju pintu yang telah terbuka menganga.

July menatap Ferdi dengan wajah takut menunggu reaksi Ferdi atas ajakan Nenek misterius itu.”Kita masuk aja yah, di luar kita bisa mati kedinginan” bisik Ferdi mesra sambil mengusap lembut air hujan di kening July. Lalu mereka perlahan mengikuti wanita tua itu dari kejauhan.

“Auuuuuuu, Wauw !”

“Mas, kata orang kalo suara anjing seperti itu tandanya dia melihat hantu ya?”
“Belum tentu” sahut Ferdi berbohong menenangkan gundah hati July

“Mas !, bukannya tadi rumah itu gelap gulita ??,..kok sekarang ada cahaya lampu remang-remang ??
“Iyaah, aneh ?,..mungkin Nenek itu yang menyalakannya” sahut Ferdi berlogika.

“KrEeeeeittt BRAK !!” Pintu menutup sendiri ketika mereka selangkah masuk ke dalam.

“HAH !” suara mereka berbarengan sambil menoleh ke belakang menatap pintu tersebut.

July spontan memegang lengan Ferdi dengan erat, mukanya kini tampak jelas pucat ketakutan serta menggigil kedinginan.

“Hangatkanlah tubuh kalian di perapian ituuu” suara wanita tua itu terdengar lagi tanpa menampakkan dirinya.

Ditengah rasa takut yang amat sangat mereka menoleh dan menatap heran pada api yang telah menyala di perapian yang berada sepuluh meter dari tempat mereka berdiri. Cahaya api itu sedikit banyak menerangi isi ruangan tersebut. Dua buah Kursi kulit besar tampak terletak menghadap perapian itu dengan sebuah jam kuno besar berdiri kokoh di samping perapian. Sarang laba-laba besar disetiap sudut ruangan juga terlihat jelas.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun