Mohon tunggu...
Guy Kusnandar
Guy Kusnandar Mohon Tunggu... -

Menulis adalah kebutuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Misterius

11 Februari 2012   06:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:47 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Rumah ini sudah diselubungi kabut sirep, jadi orang yang berada di dalam tidak menyadari keberadaan kita di halamannya ini” kata Mang Juhri serius sambil terus menatap rumah tersebut.

Kemudian Mang Juhri mengangkat kedua tangannya sambil menggerakkan bibirnya membaca doa sembari tertunduk dan memejamkan matanya. Lama dia berdiri sambil terus berdoa sambil menundukkan kepalanya.

Dan tiba-tiba terdengar suara teriak dari dalam rumah itu oleh mereka semua.

“KURANG AJARRR !” kata suara itu yang terdengar serak, seperti suara Nenek-nenek.

Mereka kemudian saling pandang heran setelah mendengar suara itu. Mang Juhri masih terus dalam posisinya yang berdoa sambil menundukkan kepalanya.

“KALIAN MENGGANGGU KESENANGAN SAYA !!” teriak itu kembali terdengar.

Mereka mulai terlihat ketakutan dan bergidik mendengar suara itu.
Mang Juhri sambil menunduk meraih keris dengan tangan kanan yang dia selipkan di pinggangnya lalu mengacungkan ke arah langit. Tangannya yang menggenggam keris itu bergetar keras seperti goyangan gementar yang amat sangat. Wajahnya terus menunduk dan berkomat kamit dengan mata terpejam.

Lalu…

“AAAAAAaa’KKkkk”, suara itu terdengar berubah dari suara nenek-nenek menjadi suara gaib yang sangat menakutkan.

“Lihat, kabut hitam yang menyelubungi rumah itu berangsung-angsur lenyap” kata Ical terheran-heran.

Mendengar komentar Ical itu, Mang Juhri menghentikan ritualnya lalu menatap kembali ke rumah tersebut.”Kita berhasil, nak Rangga, sekarang boleh memecahkan kaca jendela itu” kata Mang Juhri dengan wajah dibasahi dengan keringat.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun