Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sebuah Upaya Membunuh Bapak Kandung

12 Desember 2019   23:40 Diperbarui: 12 Desember 2019   23:44 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya celingak-celinguk sambil berpikir sal keberadaan mobil itu. Lalu kembali menengok arloji. Sebentar berpura-pura membuka tas kecil, mengambil buku kecil, dan menulis sesuatu.

Kok saya jadi pengecut begini, ya, pikir saya.

Serta-merta saya bangkit lalu beranjak untuk mendatangi mobil Pak Demun. Saya bukanlah seorang pengecut yang suka mengintip-intip. Kalau nanti kehadiran saya dimarahi Pak Demun, saya siap saja. Akan tetapi, apa salah saya, karena saya bisa saja berkilah dengan alasan pekerjaan.

Dengan langkah biasa saya menuju mobil Pak Demun. Pandangan dan pendengaran saya tajamkan untuk menanggapi suatu situasi. Saya tidak berani menajamkan penciuman, karena dari tadi aroma kotoran rang selalu mengusik saya.

Saya juga menyiapkan diri jika di suatu bagian ada pekerjaan saya yang tidak sesuai dengan kemauan Pak Demun. Saya wajib bertanggung jawab pada profesi dan posisi saya.

Pada jarak tiga meter dari mobil, saya berhenti. Saya celingak-celinguk lagi untuk mencari di mana Pak Demun beserta siapa saja dengannya. Hanya kesendirian saya dan mobil hitam yang beku saja yang saya temukan.

Di manakah Pak Demun dan orang-orangnya?

Saya masih penasaran. Saya berjalan ke sekitar tempat itu sambil tetap menajamkan penglihatan dan pendengaran. Suara mesin excavator dari perusahaan penambang batu, helikopter, burung sriti, dan lain-lain yang tertangkap. Tidak ada suara siapa pun yang membicarakan perihal pekerjaan di lokasi.

Saya sudah melangkah ke setiap sudut yang memungkinkan untuk bisa menemukan Pak Demun dan siapa saja di dekatnya. Beberapa kali pun saya menengok arloji. Akan tetapi, hasilnya tetap nihil selama lebih satu jam mencari.

Kepenasaran saya akhirnya tertuju pada mobil itu. Dari datang hingga mengitari tempat itu, saya tidak mendengar adanya suara dalam mobil. Tadi, sekilas-dua kilas pandang pun, tidak lantas menyeret mata saya untuk melihat lebih rinci, apalagi patut dicurigai.

Kali ini tidak. Perhatian saya berakhir pada mobil yang seperti seonggok besi bercat hitam itu. Saya bergerak ke kiri-kanan untuk menemukan sekilas bayangan orang. Saya segera menyiapkan jawaban apabila saya dipergoki selah hendak berbuat jahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun