Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lebih Baik Berbicara dengan Batu dan Gundukan Tanah

2 Desember 2019   03:46 Diperbarui: 2 Desember 2019   04:32 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Semprul menerima ponselnya, dan berbicara lagi dengan Pak Demun. Saya tidak perlu mendengarkan apa saja yang mereka bicarakan. Hanya saja, saya menganggap bahwa Pak Semprul sudah berkata dan bertindak tidak semestinya.

Jangan-jangan ini yang disebut psikolog tentang post power syndrome itu, pikir saya.

"Bapak sudah membohongi saya soal penunjukan patok dan pengukuran. Bapak juga memakai diksi 'tidak senang', padahal persoalannya hanya pada koordinasi," kata saya ketika ia selesai berteleponan dengan Pak Demun.

"Pokoknya, Pak, saya akan tetap melakukan apa yang disuruh Pak Demun!"

"Sudahlah," kata saya sembari bangkit untuk meninggalkannya sendirian di teras, "lebih baik saya berbicara dengan batu-batu dan gundukan-gundukan tanah di sana daripada saya menjadi dungu di sini."

*******

Ruang Lebur, Cibubur, 29 November 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun