Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lebih Baik Berbicara dengan Batu dan Gundukan Tanah

2 Desember 2019   03:46 Diperbarui: 2 Desember 2019   04:32 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mas Oji bisa bayangkan, tadi pagi di Blok D saya didatangi Pak Semprul sambil menelpon Pak Demun. 'Ini Pak Odang, Pak. Saya sudah berada di dekatnya. Baik, Pak, nanti saya sampaikan,' katanya. Lalu Pak Semprul ngomong, 'Pak Odang, kalau Bapak tidak mau mengukur lahan itu, Bapak akan dikeluarkan dari proyek ini!' Ngomongnya agak kencang sampai didengar para pekerja."

"Waduh, asal mangap saja tuh si Semprul!"

"Memang Pak Semprul tidak mengerti etika kerja, Mas Oji. Si Robert saja sudah tidak bisa seenaknya menyuruh saya membuat gambar untuk mengurusi perizinan. Apa-apa harus melalui Pak Sarwan dulu."

Ya, saya-lah yang memberi pengertian pada Pak Odang mengenai koordinasi. Sebelum saya bergabung, Pak Odang sering disuruh membuat gambar peta lahan ataupun perubahannya. Hampir setiap hari Pak Odang harus lembur demi menuruti suruhan Pak Robert yang juga dari pihak pengembang proyek perumahan ini.

Ketika saya bergabung, dan menjelaskan perihal koordinasi, Pak Odang tidak mau disuruh oleh pihak pengembang. Pak Odang bekerja di kontraktor alias anak buah Pak Sarwan atau sama seperti saya. Tugas dan tanggung jawab Pak Odang adalah menyelesaikan pekerjaan berdasarkan kontrak awal.

"Pak Robert sudah gagal menyuruh saya, kini giliran Pak Semprul yang mencoba-coba dan main ancam segala," katanya sembari mengeluarkan botol plastik berisi kopi yang sudah dingin.

"Iya, Pak. Nanti saya bicarakan langsung dengan si Semprul itu. Bapak fokus dengan pekerjaan Bapak saja."

Saya tidak bisa membiarkan persoalan ini menjadi runyam. Kalau Pak Odang benar-benar dikeluarkan dari proyek, siapa yang mampu melanjutkan pekerjaannya?

Segala urusan tinggi-rendah alias leveling lahan, blok, jalan, dan lain-lain, hanya Pak Odang yang mengetahuinya, dan tersimpan dalam komputer jinjingnya. Kalau Pak Demun ceroboh berkehendak, justru bakal menjadi "senjata makan tuan", nih.  Lantas, apa yang bisa diharapkan dari keahlian si Semprul itu dalam kelanjutan pekerjaan Pak Odang? 

***

Pak Semprul adalah karyawan pengembang alias anak buah Pak Demun. Ia pensiunan aparat dengan suatu pangkat. Belum genap empat bulan ia bekerja di proyek persiapan lahan perumahan yang telah terlaksana lebih dari tujuh bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun