Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lebih Baik Berbicara dengan Batu dan Gundukan Tanah

2 Desember 2019   03:46 Diperbarui: 2 Desember 2019   04:32 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak, Pak. Bapak menyuruh Pak Odang mengukurnya. Padahal, kalau urusan mengukur lahan, Bapak bisa meminta orang Kecamatan melakukan itu."

"Saya hanya meminta Pak Odang menunjukkan patok-patoknya saja. Itu pun diminta oleh Pak Demun."

"Tidak. Bapak menyuruh Pak Odang mengukurnya."

"Kalau begitu, saya telpon Pak Demun sekarang," katanya sambil merogoh saku kemejanya untuk mengambil ponsel.

Saya biarkan saja Pak Semprul menghubungi bos-nya. Bukan kali ini saja ia melakukan itu. Beberapa minggu lalu, sewaktu membahas soal penyelesaian pekerjaan pagar proyek dan ia tidak mengerti persoalan koordinasi, ia langsung menghubungi Pak Demun.

"Begini, Pak," kata Pak Semprul ketika hubungan tersambung. "Ini ada Pak Oji. Pak Oji tidak senang Bapak menyuruh Pak Odang mengukur lahan milik warga..."

"Lho, tadi kata Bapak, menunjukkan patok-patoknya saja. Kok sekarang bilang 'mengukur'? Bapak juga pakai diksi 'tidak senang', itu anggapan Bapak lho, ya." Saya langsung menyela obrolan selulernya.

"Ini, Pak, Pak Oji ada di samping saya," katanya sambil menyerahkan ponselnya pada saya.

"Saya Oji, Pak, ada apa, ya?" sahut saya untuk menanggapi sambungan dengan Pak Demun.

"Begini. Tadi Pak Semprul memberi tahu saya mengenai Pak Odang dan mengukur lahan itu..."

"Maaf, ya, Pak. Saya tidak bisa menanggapi Bapak karena garis koordinasi antara saya dan Bapak tidak boleh begini. Bapak hubungi Pak Sarwan saja. Bapak adalah bos-nya pengembang, dan Pak Sarwan adalah bos-nya kontraktor alias bos kami," kata saya sambil menyerahkan ponsel itu pada Pak Semprul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun