Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lebih Baik Berbicara dengan Batu dan Gundukan Tanah

2 Desember 2019   03:46 Diperbarui: 2 Desember 2019   04:32 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersama Pak Odang di warung proyek dan setelah kejadian di depan Pak Demun, saya pernah mengajari Pak Semprul tentang garis koordinasi. Hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan teknis seharusnya dibahas oleh personal yang memang sesuai dengan bidang atau tugas masing-masing.

"Jadi saya tidak boleh menegur anak buah Bapak?"

"Tidak boleh, Pak," jawab saya dengan tegas. "Kalau ada pekerjaan yang salah, Bapak hanya boleh menegur saya. Bapak mewakili pihak pengembang, dan saya mewakili pihak kontraktor."

"Mengingatkan saja, tidak boleh?"

"Memang tidak boleh, Pak," jawab Pak Odang. "Masing-masing memiliki tanggung jawab, dan kepada siapa mereka bertanggung jawab. Kalau para pekerja itu, jelas berhubungan dengan mandor mereka. Mereka dibayar oleh mandor, dan mandor yang ditegur oleh Pak Oji kalau ada pekerjaan yang salah atau keliru. Arti kata, semua ada ranahnya masing-masing."

"Kalau Bapak tidak mau malu di depan kuli, ya, tegur saja deh. Masak, sih, kuli bisa mengerti soal koordinasi kerja dan siapa yang membayar kerja mereka, Bapak justru nggak ngerti dan ditegur mereka? Nggak malu, nih?"  

***

Saya bergerak menuju kantor pemasaran. Saya tidak mau membiarkan waktu berlalu begitu saja. Saya mau segera menyelesaikan persoalan mengenai "ancaman" Pak Demun melalui Pak Semprul terhadap Pak Odang.

Saya tidak bisa menerima cara-cara koordinasi yang rancu dan seenaknya memecat tanpa jelas antara hak dan bukan hak. Menurut saya, Pak Semprul tidak boleh seenaknya menyampaikan "ancaman" melampaui suatu kepatutan alias kewajiban. Kecuali, ya, kalau si Semprul bahkan Pak Demun mau menerima dampaknya, jika Pak Odang ngambek lalu benar-benar keluar.

Sesampai di kantor pemasaran, saya tidak menjumpai keberadaan Pak Semprul. Zainab memberi tahu bahwa Pak Semprul sedang berada di lokasi.

Kok tadi tidak terlihat di lokasi, ya, pikir saya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun