Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lebih Baik Berbicara dengan Batu dan Gundukan Tanah

2 Desember 2019   03:46 Diperbarui: 2 Desember 2019   04:32 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari yang garang. Kemarau yang parau. Angin yang menderu-deru pada waktu tertentu. Debu-debu yang beterbangan dari proses persiapan lokasi alias lapangan terbuka tanpa rerumputan.

Sementara saya memang terlambat terlibat dalam pekerjaan bersama kontraktor di proyek itu. Saya terlibat setelah dua bulan Pak Semprul bekerja di sana.

Informasi awal yang saya dapatkan mengenai keberadaan atau tugas Pak Semprul adalah sebagai "informan" untuk Pak Demun. Setiap hari ia mendokumentasikan perihal siapa dan apa pun di lokasi, lalu menyampaikannya pada Pak Demun.

Dalam situasi baru terlibat pekerjaan beberapa kali saya ngobrol dengannya, termasuk bersama Pak Manap ketika Pak Manap masih menjadi karyawan pengembang tetapi khusus menangani bagian teknis. Satu bulan lalu Pak Manap keluar dari pengembang itu setelah cekcok terakhir dengan Pak Semprul. 

Cekcok atau entahlah memang merupakan hal yang manusiawi. Akan tetapi, situasi lebih menohok ketika kondisi lingkungan proyek juga gerah dan gersang.

Saya pernah menegur Pak Semprul secara langsung, bahkan di hadapan Pak Demun ketika Pak Demun datang ke ujung lokasi proyek beberapa minggu lalu. Peristiwa itu terjadi di lapangan terbuka pada waktu tengah hari, dan di dekat pintu mobil Pak Demun yang sedang terbuka.

"Pak," katanya, "tadi saya mengingatkan pekerja Bapak soal pekerjaan mereka, tetapi mereka malah mengatakan, 'Ngomong saja dengan Pak Oji atau Bu Lia, Pak'. Begitu jawab mereka."

Saya sempat kaget, karena ia menyampaikan perihal itu tanpa permisi, dan di luar konteks obrolan antara saya dan Pak Demun. Mengenai cara kerja Pak Semprul semacam itu terhadap anak buah saya memang pernah saya dengar sebelumnya.

"Maaf, ya, Pak Demun," ujar saya sambil menoleh pada Pak Demun lalu beralih pada Pak Semprul. "Pak Semprul tidak usah repot mengingatkan atau menegur anak buah saya. Bapak langsung saja menegur saya begini kalau hasil pekerjaan anak buah saya memang tidak bagus. Jangan menegur anak buah saya. Urusan menegur mereka adalah urusan saya!"   

***

Belum genap satu bulan bekerja di proyek ini atau bekerja pada pengembang ini, saya menangkap adanya kerancuan dalam hal koordinasi, baik antara pengembang dan pelaksana alias kontraktor maupun antara karyawan pengembang dan pekerja kontraktor. Kerancuan tersebut selalu membingungkan saya dalam berkoordinasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun