"Pablo malah tidak doyan dogfood, yang kering atau basah," kata Bibi. "Dia selalu ingin makan apa saja yang kita manusia suka. Dia bahkan suka duren juga."
Waw....si cantik tambah kagum.
"Bisa jadi di kehidupan sebelum ini si Pablo adalah manusia seperti kita?" tebakku, asal bunyi saja, biar tidak disangka patung orang sedang makan.
Bibi menoleh kepadaku, wajahnya terlihat agak serius.
"Bukan 'bisa jadi' lagi. Memang begitulah adanya. Persis satu kehidupan sebelum ini si Pablo adalah manusia seperti kita. Dia murah hati namun moralitasnya kurang beres, makanya jatuh ke alam hewan. Tapi karena dermawan, dia jadi anjing yang disayangi dan mendapatkan kehidupan yang sejahtera seperti sekarang, Dan karena masih baru selang satu kehidupan makanya kecenderungannya waktu sebagai mansuia masih terbawa segar dalam kehidupan yang sekarang, dan itulah kenapa dia doyan makanan manusia."
"Jangan-jangan Bibi tahu juga Pablo dulunya lahir sebagai manusia di negara mana?"
Bibi Lin tersenyum. "Bibi tahu, tapi agak samar-samar."
"Di negara mana, Bi?" Mallika jadi ikutan tertarik ingin tahu, padahal di meja ada tempe (eh, nggak nyambung ya?).
"Coba tebak, Nona," goda Bibi.
"Negara kita?"
"Salah."