"Loh, saya masih di Nganjuk Nggih, Pak?"
"Mboten, Mas. Itu lihat plang jalannya."
Kulihat arah telunjuk Bapak tua tadi mengarah ke sebuah tulisan Kaliurang-Jombang.
"Ya ampun. Ternyata saya tidak mengindahkan pesan sampean."
"Mboten nopo-nopo, Mas. Yang penting sampean selamat. Sudah berapa putaran tadi?"
"Eh.. Â Lima, Pak. Setannya tadi menunjuk sampai angka lima. Memang kenapa, Pak?"
"Syukurlah, Mas. Kurang satu lagi. Kalau sampean sampai enam putaran, jiwa sampean dibawa makhluk itu."
"Ya ampun. Saya benar-benar bingung, Pak. Sampean kenapa bisa ada di sini?"
"Setelah Mas-nya nambal di Nganjuk tadi, saya putuskan menyusul."
"Kenapa, Pak?"
"Sekitar seratus meter setelah sampean jalan, saya lihat ada kain putih di atas sampean. Sampean sudah diincar sewaktu berangkat tadi. Ban depan sampean yang saya tambal tadi juga bocornya agak aneh, ada dua lobang seperti bekas gigitan."