Cut to: (Insert).
Tiga panakawan, Gareng, Petruk, Bagong, tersenyum cerdas. Melihat kejadian itu, di layar monitor digital multidimensi.
"Hanya terkena kentut sakti Romo Semar, persoalan sepelik apapun di seantero planet mudah selesai. Peace for the world guys." Kata Gareng. Ketiganya tersenyum seindah taman hati, nirwana para penyair langit.
Panakawan, para putra Ki Semar, mengemban tugas memantau peristiwa seantero Planet Bumi. Melalui satelit kahyangan, langsung, ke Pusat Data Desa Karang Tumaritis.
End/Cut to: (04)
"Maha Guru!" Serentak, keduanya memberi hormat perguruan.
"Walahkadalah! Kahyangan gonjang-ganjing ikut terkejut, pusing tujuh keliling. Mencermati perilaku makhluk kasatmata. Bumi bersin-bersin, bergoyang-goyang.
Kabar hilangnya pusaka itu telah diketahui oleh kahyangan. Kalian sebagai cucu pewaris kehidupan. Jaga perilaku sosial, budi pekerti, tutur kata kesantunan, baik di dunia maya maupun non-maya. Senantiasa mewawas nurani dalam kontrol akalbudi, seakal-akal, dilarang main akal-akalan.
Beningkan hati. Terangkan pikiran. Segera temukan candrasa itu." Begawan Semar senyum semesta.
"Maha Guru..." Kedua satria serentak akan bertanya.
"Aku, hanya mengeban tugas." Lantas, Begawan Semar, sekilap cahaya sirna.