Sebuah tempat. Mega-mega kurva horizon. Tengah hari.
Pertempuran dua kesatria dari satu perguruan tidak mampu mengelak waktu. Hanya mereka berdua, saling tahu, kapan saatnya bertemu olah beladiri. Masing-masing memiliki kekuatan berimbang.
Pukulan jarak jauh White Hawk, terasa mendesir dahsyat. Lompatan salto Red Hawk, segera balik menyerang White Hawk, bertubi-tubi, berkecepatan tak terduga dari segala penjuru mata angin.
Sungguh diluar sangkaan White Hawk, keilmuan olah beladiri, Red Hawk, nyaris sempurna. White Hawk, agak terdesak. Benturan kesaktian andalan masing-masing tak terelakan. Keduanya terbang berlompatan, jumpalitan, meninggi ke angkasa, saling menyerang. Benturan dua kesaktian, bersilangan cahaya sekilap mata. Indah nian pertempuran dua satria itu.
Apa boleh buat, keduanya tak jua menjejak tanah. Mengolah kekuatan tenaga dalam Cakar Naga Singa di angkasa. Dua pedang kembar Rajawali Hati Suci, terhunus. Beradu api kilatan petir.
Bahaya! Jika keduanya tidak menjaga presisi kesadaran pada kontrol pelatihan olah beladiri. Kurang dari seperempat detik saja, masing-masing akan berakibat fatal, meregang nyawa.
"Stop!" Suara lantang, seraya terkekeh-kekeh, terdengar bijaksana, mumpuni.
Namun, kedua satria itu, terlanjur melepas jurus tenaga dalam frekuensi pamungkas, Core Semesta. Hanya kentut sakti Semar, mampu menyedot mencipta lesus, meredam, jurus pamungkas kedua satria itu. Untuk kembali pada hakikat kesadaran dialogis.
"Glar!" Ledakan menyilaukan berkilatan. Wus! Wus! Ledakan sirna seketika tersedot kentut sakti Semar, mencipta lesus.
Batara Ismaya alias Begawan Semar Badranaya atau Ki Semar. Melayang, tersenyum khas, dalam sikap bersila. Lantas kembali terkekeh-kekeh. Berada di tengah kedua satria itu.
"Untuk apa rebutan lesus. Hehehe. Adu nyali olahbela diri tak akan menemukan Candrasa Suluk Penyair, telah menggaib bersama Suhu Sangkala."