Pembuka. Awang-gemawang mega menyala. Tanpa rentang waktu.
Menentukan arah mata angin, sebaiknya bertanya pada angin, atau, barangkali, menjelma dalam peranan Dewa Singa si raja hutan jagat raya, mampu membaca tanda-tanda, desiran udara, oksigen pembawa kabar.
Tidak, sebaiknya tetap menjadi makhluk kasatmata, biasa saja. Meski aklamasi, telah menutup peristiwa. Aksioma, menuju niskala waktu tempuh. Senandika akal budi tetap bening di nirwana. Seluas paradigma asta brata, semesta pengabdian.
**
Sang White Poem, alias, The Golden Hawk. Bertengger di kurva horizon.
Suluk Matahari.
Berjuta kunang-kunang, menjelma langit.
Berjuta kupu-kupu, menjelma mega-mega.
Zaman, mencipta teknologi.
Zaman, mencipta kronik sejarah
Akalbudi, mencipta sains.
Kebudayaan, milik makhluk kasatmata.
Keseimbangan, perdebatan kontekstual.
Kemaslahatan hidup sepanjang masa.k sepert
Dia, terbang meninggi. Sirna, menjelma matahari. Dia, Sang Penyair itu.
**
Perguruan Seputih Awan. Pagi.