Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Amaran Langit (2)

28 Juli 2024   15:29 Diperbarui: 28 Juli 2024   15:35 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembuka. Awang-gemawang mega menyala. Tanpa rentang waktu.

Menentukan arah mata angin, sebaiknya bertanya pada angin, atau, barangkali, menjelma dalam peranan Dewa Singa si raja hutan jagat raya, mampu membaca tanda-tanda, desiran udara, oksigen pembawa kabar.

Tidak, sebaiknya tetap menjadi makhluk kasatmata, biasa saja. Meski aklamasi, telah menutup peristiwa. Aksioma, menuju niskala waktu tempuh. Senandika akal budi tetap bening di nirwana. Seluas paradigma asta brata, semesta pengabdian.

**

Sang White Poem, alias, The Golden Hawk. Bertengger di kurva horizon.

Suluk Matahari.

Berjuta kunang-kunang, menjelma langit.
Berjuta kupu-kupu, menjelma mega-mega.
Zaman, mencipta teknologi.
Zaman, mencipta kronik sejarah

Akalbudi, mencipta sains.
Kebudayaan, milik makhluk kasatmata.
Keseimbangan, perdebatan kontekstual.
Kemaslahatan hidup sepanjang masa.k sepert

Dia, terbang meninggi. Sirna, menjelma matahari. Dia, Sang Penyair itu.

**

Perguruan Seputih Awan. Pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun