Pembentukan budaya etika merupakan langkah penting dalam mengoptimalkan pengembangan moral dan integritas sarjana. Lingkungan yang menjunjung tinggi etika menciptakan kepercayaan di antara mahasiswa, dosen, dan pihak lain dalam komunitas akademik. Kepercayaan ini penting untuk kolaborasi yang efektif. Budaya etika yang kuat di lingkungan akademik dapat memfasilitasi pembelajaran yang lebih baik, meningkatkan kepatuhan terhadap norma-norma etis, dan membentuk karakter individu yang berintegritas untuk terjun langsung pada dunia profesional. Budaya etika yang kuat tentunya mampu  membantu menciptakan kesadaran akan pentingnya perilaku etis di kalangan sarjana. Kesadaran ini menjadi landasan bagi pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dalam lingkungan yang mengedepankan etika, individu dapat memberikan contoh nyata dari perilaku yang diharapkan untuk membantu memahami norma-norma yang berlaku dan konsekuensi dari tindakan yang dipertanggungjawabkan. Pembentukan budaya etika pun membantu sarjana untuk bisa terus meningkatkan berpikir kritis mereka melalui pembelajaran dari pengalaman satu sama lain. Dengan menerapkan langkah-langkah yang tepat, institusi pendidikan dapat menciptakan atmosfer yang mendukung pembelajaran etika, memfasilitasi pertumbuhan karakter yang baik, dan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi individu yang berintegritas dalam karier profesional mereka.
- Menjalin Relasi Terbuka untuk Mentoring dan Pembimbingan
Proses ini membantu mahasiswa untuk mendapatkan bimbingan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai tantangan etis dan moral di lingkungan akademik dan profesional. Optimalisasi dari proses ini yaitu sarjana mampu merefleksikan dirinya untuk mengevaluasi argumen dan membuat keputusan yang lebih baik melalui pertukaran pengalaman dan solusi terkait nilai-nilai yang mereka anut, dan bagaimana menerapkan keterampilan berpikir kritis dalam situasi nyata untuk memahami pendekatan yang tepat dalam situasi serupa. Dengan begitu, seorang sarjana dapat belajar nilai-nilai moral dan etika dari mentor mereka, yang berfungsi sebagai panutan. Ini membantu dalam pembentukan karakter yang kuat dan integritas. Menjalin relasi akan menghasilkan jaringan dan koneksi antara mentor dan mahasiswa untuk membangun jaringan profesional yang penting, yang dapat mendukung karier mereka di masa depan. Koneksi ini sering kali membuka peluang untuk pengalaman belajar lebih lanjut. Selain itu, mentor juga berperan penting yang tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, tetapi juga memberikan dukungan emosional kepada mahasiswa. Keberadaan mentor dapat membantu mahasiswa merasa lebih percaya diri dalam membuat keputusan yang sulit. Melalui mentoring dan pembimbingan, sarjana memperoleh bimbingan yang diperlukan untuk menavigasi kompleksitas tantangan etis dan moral yang mereka hadapi. Proses ini tidak hanya memperkuat integritas mereka, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi profesional yang bertanggung jawab dan etis di masa depan.
- Dialog Terbuka dan Kolaborasi
Tahap ini merupakan aktualisasi yang mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dan mempertahankan pandangan mereka tentang isu-isu moral, serta belajar dari perspektif orang lain. Dialog terbuka dan kolaborasi merupakan elemen kunci dalam upaya mengoptimalkan pengembangan moral dan integritas sarjana. Dengan menciptakan suasana yang terbuka dan inklusif seperti ini, mahasiswa dan sarjana merasa lebih nyaman untuk berbagi pandangan dan pengalaman mereka terkait isu-isu moral, untuk berbicara tanpa rasa takut dihakimi. Hal tersebut memungkinkan pertukaran ide yang beragam, memperkaya pemahaman dan wawasan mahasiswa tentang berbagai perspektif moral melalui interaksi dalam konteks yang kompleks. Adannya Dialog terbuka meningkatkan keterampilan komunikasi mahasiswa, yang menjadi sarana pembelajaran mereka untuk menyampaikan pendapat, mendengarkan dengan empati, dan memberikan umpan balik konstruktif. Keterampilan ini sangat penting dalam berinteraksi secara profesional di masa depan.
- Penerapan Integrasi Nilai-nilai Etika dalam Kurikulum Mata KuliahÂ
Kurikulum berbasis etika di perguruan tinggi memainkan peran krusial dalam pengembangan moral mahasiswa. Dengan memasukkan pendidikan etika ke dalam kurikulum, institusi pendidikan dapat membekali mahasiswa dengan keterampilan dan nilai-nilai moral yang penting untuk menghadapi tantangan di dunia akademik dan profesional. Pendidikan etika harus diintegrasikan ke dalam berbagai mata kuliah, tidak hanya di jurusan tertentu dan harus mencakup elemen pengembangan karakter, yang berfokus pada nilai-nilai seperti kejujuran, rasa hormat, dan tanggung jawab. Ini akan membentuk landasan yang kuat untuk integritas akademik dan moral mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapat menganalisis dan mengevaluasi argumen moral dengan baik. Keterampilan ini penting untuk membantu mereka membuat keputusan yang etis dan bertanggung jawab di masa depan.
Daftar Pustaka
Dr. Dra. Erni Murniarti, M. (2020). TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET, PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DAN TEORI MORAL KOHLBERG. Bahan Ajar, 11.
Dwi Prawani Sri Redjeki, d. J. (2013). MEMAHAMI SEBUAH KONSEP INTEGRITAS. JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 3, Edisi Oktober 2013 (ISSN : 2252-7826), 2-12.
Ensiklopedia Dunia. (2007, Maret 30). Tahap pengembangan moral Kohlberg. Retrieved from Universitas Sains Dan Teknologi Komputer: https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Tahap_perkembangan_moral_Kohlberg
Hafizha, R. (2021). PENTINGNYA INTEGRITAS AKADEMIK. Journal of Education and Counseling,Vol. 1, No. 2, 2021, hlm.115-124, 115-117.
Ibda, F. (2023). PERKEMBANGAN MORAL DALAM PANDANGAN LAWRENCE KOHLBERG. Journal of Education Sciences adn Teacher Training Vol. 12. No. 1 (2023), 42-78, 63-71.
Ikrommullah, A. (2015). TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL SANTRI MAHASISWA. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 79-82.