What : Kaitan Antara Integritas Seorang Sarjana Dan Optimalisasi Pengembangan Moral Kohlberg
Moral
Moral secara umum, merujuk pada prinsip, nilai, atau aturan mengenai apa yang dianggap baik atau buruk dalam manusia berperilaku. Pemahaman tentang moral tidak hanya penting dalam filsafat etika, tetapi juga penting dalam psikologi perkembangan, yang mampu mengkaji bagaimana proses individu untuk belajar dan menginternalisasi prinsip-prinsip moral sejak masa kanak-kanak hingga dewasa dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang mencerminkan sebuah moral yaitu kejujuran, keadilan, kesetiaan, dan rasa hormat terhadap orang lain. Oleh karena itu, moral sering kali menjadi dasar bagi etika sebagai sistem formal dalam mengatur perilaku sosial dalam berbagai konteks.
Seperti yang didefinisikan Dewey, J. (1932), moralitas adalah kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik berdasarkan pengalaman, refleksi, dan konteks sosial yang relevan. Ia memandang moralitas sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi sosial. Yang berarti, bahwa moralitas bukan hanya seperangkat aturan yang harus diikuti, tetapi lebih dari sebagai proses pengambilan keputusan yang berakar pada konteks sosial. Begitupun menurut Rogers, ia berpendapat bahwa moral merupakan aspek kepribaadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan secara harmonis, seimbang dan adil. Â
Moral memainkan peran penting dalam pembentukan perilaku sosial, terutama dalam pengambilan keputusan yang melibatkan orang lain. Dalam masyarakat, individu yang memiliki moral yang baik cenderung bertindak dengan integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain. Ini membantu menciptakan kepercayaan dan kerja sama, yang esensial dalam membangun hubungan sosial yang kuat. Dalam konteks yang lebih luas, moral juga memengaruhi dinamika kekuasaan, keadilan sosial, dan penyelesaian konflik. Ketika nilai-nilai moral diterapkan secara konsisten dalam suatu masyarakat, potensi terjadinya konflik dapat diminimalkan, karena orang-orang didorong untuk bertindak adil dan memperhatikan hak-hak individu lain.
Seseorang harus mampu mengembangkan moralnya dengan disertai integritas yang ada di dalam dirinya. Karena integritas menjadi bentuk salah satu kualitas fondasi moral yang paling penting dan harus dimiliki oleh setiap individu, terutama dalam kehidupan akademik dan profesional, terutama di era modern yang diwarnai oleh kompleksitas dan tantangan etika. Integritas merupakan fondasi moral yang harus terus di bimbing dan di pupuk, terutama bagi seseorang dalam melanjutkan pendidikan. Integritas dan perkembangan moral saling berkaitan. Sarjana yang memiliki integritas tinggi cenderung berada pada tingkat perkembangan moral yang lebih tinggi, yang memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik dan bertanggung jawab dalam konteks akademis dan sosial. Integritas mampu memberikan efek yang kompleks yang tidak hanya terkait dengan perilaku jujur dan transparan, tetapi juga dengan kemampuan untuk tetap teguh pada prinsip-prinsip moral bahkan ketika dihadapkan pada godaan atau tekanan. Integritas memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan moral. Meski keduanya memiliki perbedaan makna, integritas dan moral bekerja secara sinergis dalam membentuk karakter seseorang dan bagaimana mereka berperilaku dalam situasi yang kompleks secara etika. Singkatnya, integritas adalah cara seseorang konsistensi menunjukkan moralitasnya melalui tindakan nyata, dari nilai-nilai moral tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
IntegritasÂ
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integritas berarti "kualitas, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran". Menurut Peterson dan Seligman (2004), integritas berhubungan dengan moralitas kejujuran dan kesatuan diri dalam konteks karakter moral.
Seperti yang tersampaikan, Stephen L. Carter (1996) dalam bukunya "Integrity" menyatakan bahwa integritas mencakup beberapa komponen utama penggambaran seseorang yang berintegritas: