"kenapa sayang.." tanyaku gelisah..
"ayah jingga kangen bunda.." jawabnya terisak
membuat dada ini terasa begitu sesak,
seperti ditikam pisau yg sama yg pernah di tusukan ibunya di akhir hujan di bulan november,
tepat sepuluh malam
jingga masih terus menagis, terdengar begitu perih
membuat dada ini bertambah sesak, seperti dililit ular
membuat saya merasa bodoh sekali saat melihat orang yg saya sayangi menangis seperti ini
dulu ibunya, sekarang dia
tuhan ampuni saya..
saya mulai memberanikan diri menyeka air matanya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!