Mohon tunggu...
Ghayida Mustika Pratiwi
Ghayida Mustika Pratiwi Mohon Tunggu... Lainnya - Ghayida

Ghayida

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mimpiku Masa Depanku

24 Februari 2021   09:22 Diperbarui: 24 Februari 2021   09:33 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga, menjadi tempat berpulang bagiku ketika aku merasa lelah. Aku tau tidak semua orang akan merasa senang dalam keluarganya. Tidak semua orang yang merasa bahwa keluarganya dapat dikatakan sebagai keluarga bahagia. Namun, rasanya aku merasa sangat bersyukur terlahir di keluarga yang penuh akan pengertian. Yang mungkin tidak semua orang dapat merasakannya. Sungguh miris rasanya melihat berita mengenai kekerasan orang tua terhadap anaknya, seorang anak melaporkan orang tuanya hanya karena masalah warisan dan lain sebagainya.

"Tringg... Tringg..."

Alarm berbunyi pukul 03.00 tepat. Hari Minggu sudah berganti menjadi hari Senin, di jam segini biasanya ayah dan ibuku melakukan sholat tahajud dan sekaligus sahur untuk melaksanakan shaum Senin Kamis. Tak lupa adzan berkumandang aku pun terbangun karena mendengar teriakan ibuku yang berusaha membangunkanku dan  menyuruhku mengambil wudhu untuk persiapan sholat subuh berjamaah.

"Zahra... Bangunn sudah waktunya sholat subuh." Teriak Mama.

"Ummm Iyaa Maa" Jawabku yang masih setengah sadar.

Kami pun menjalankan sholat subuh bersama. Setelah itu aku lanjut untuk melanjutkan mimpiki dan kembali tidur.

              "Astaghfirullah Zahra belum bangun juga ini sudah jam 06.30 waktunya siap-siap sekolah" Teriak mama lagi yang terdengar nyaring di telingaku.

              "HAHH JAM 06.30??" Aku terkaget. Karena, seharusnya hari ini aku siap siap lebih awal agar tidak dihukum lagi karena telat masuk sekolah. 

              Akupun bergegas untuk bersiap-siap dan langsung berangkat ke sekolah hingga melupakan sarapan pagi. Sesampainya disana, aku bersyukur karena keburuntungan masih ada padaku. Untugnya, aku sampai 5 menit sebelum bel sekolah berbunyi. Akupun langsung masuk kelas, dan segera menjumpai teman-teman kelas ku terutama sahabatku.

              "Hai teman-teman..." Sapa diriku.

              "Ya ampun Zahra kamu hamper aja telat mau dihukum lagi?" Jawab Lula yang merupakan salah satu sahabatku yang paling bawel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun