"baik mas",
Aku persilahkan bapak paruh baya itu masuk. Aku pandu pada sudut ternyaman di kedai. Tempat yang akan dia sukai.
"Kenapa terlalu malam pak, bukankah bapak lebih butuh istirahat dari pada sekedar minum kopi di kedai kecil ini?, bapak Nampak lelah sekali, dan masih sempat memikirkan minum kopi di kedai ini?, sebuah kebanggaan kami punya pelanggan seperti bapak", ucapku sambil mempersilahkan duduk pengunjung itu.
"Tubuhku ini tak bisa istirahat dijam-jam seperti ini, anak muda. Lagi pula di kedai yang nyaman ini bukankah juga sebuah istirahat yang menyenangkan, minum kopi panas, PIUa vbakar yang nikmat itu benar-benar membuatku ketagihan. Dan ditambah lagi berbicang dengan calon bos besar seperti anda?", ucapnya.
"ah, bapak ini bisa aja", ucapku tersipu.
Tak lama berselang Irwan datagn membawakan kami cangkir-cangkir kopi yang menusuk indera penciuman kami. Menguap memenuhi seisi ruangan
 "terimakasih mas, boleh tahu nama mas siapa?", ucap pria paruhbaya itu. Pandangannya menatap hangat wajah pria yang diajaknya debat beberapa menit sebelumnya.
Irwan tersenyum. Keramahan khas dan daya tarik lebih untuk Coffernus, "Irwan pak", ucapnya kemudian berlalu.
Kedai hanya menyisakan aku dan pria paruhbaya itu. Irwan harus pulang terlebih dahulu. Karena besok pagi-pagi dia harus membuaka kedai seperti biasa, jadi tak terlalu baik untuk kesehatannya bila harus menemani pelanggan kemalaman ini untuk begadang.
"Jadi bagaimana?, kau sudah siap anak muda?", laki-laki itu meletakkan cangkir kopi di meja.
"ini pak,.. semuanya saya ringkas disini", aku menyodorkan lembaran-lembaran kertas ditanganku.