"seharusnya kau tak terlalu banyak mikir. Sekarang semuanya jadi tak jelaskan?", ucapnya. Sorot matanya seperti ada kekecewaan. Dan satu alasan tak begitu mengerti darinya.
"sudahlah, jangan diambil pusing. Meminta uang orang tanpa sebuah alasan itu sama saja merampok. Ini kedaiku, kau tak perlu sepusing ini memikirkan",ucapku.
"what?.. ribuan orang mengirimkan proposal mereka pada pak tua itu, dan hanya beberapa saja yang di setujuinya. Dia yang datang sendiri padamu", ucapnya kesal. Wajahnya mendadak gusar dan penuh kekecewaan, "aku tak akan meminta bagian apa-apa, aku melihat keberanianmu dari cerita-ceritamu, aku peduli itu saja beng, tak lebih, tak perlu kau kawatir padaku", lanjutnya.
"aku juga tak pernah berfikir seburuk itu padamu. Aku sangat berterimakasih, karenamu juga Pak naryo bisa datang ke kedai ini. aku juga berusaha, tapi sekarang tak ada yang bisa kita lakukan. Apa kita harus memaksa?, kau berani memaksanya?, sekelas presiden pun pasti berfikir ulang untuk memaksanya. Orang-orang seperti dia hanya tunduk pada Tuhan, aku yakin itu", ucapku siggap. Menghapus jeda dari sepatah kata terkhir yang keluar dari bibir Maul.
"ahh..Terserah, Ini kedaimu...", ucapnya kesal. Mengangkat tubuhnya dari bangku tempat bokongnya berdiam.
"hei, kau mau kemana..?",
"bukan urusanmu, ini hidupku, urus saja kedaimu", ucapnya berlalu.
=/=
Memang merepotkan berurusan dengan orang sibuk. Tapi lebih merepotkan lagi berurusan dengan orang yang tak ku tahu maunya seperti Maul itu. Beberapa hari dia tak lagi Nampak ke kedai pasca perbincangan kami sore itu. Malaikat itu mungkin telah menemukan sayapnya, dia terbang kemanapaun kemana dia suka. Sudah biarkan saja. Toh sebelumnya, Coffernus juga tanpa dirinya. Walaupun hadirnya memberi warna yang baru sekalipun dia Cuma oraang kesepian yang numpang ngobrol dan wifi gratis di kedai. Tapi dia sudah istimewa. Kami semua, Crew Coffernus pun sudah menganggap dia sebagai bagian dari kami. Walau Cuma di perasaan saja. Tapi apa ada tempat yang lebih baik dari perasaan seorang manusia?.
Pak Naryo juga sudah taka da kabar. Sudah hampir seminggu. Mungkin mereka berdua datang untuk mengajakku bercanda. Menghibur kepenatanku memikirkan masadepan Coffernusku. Mereka adalah orang-orang hebat yang pernah aku temui. Tapi aku tegaskan, bagi Coffernus mereka bukan siapa-siapa. Hanya orang kurang kerjaan yang datang memberi harapan sebelum akhirnya kembali menhilang. Coffernus akan tetap hidup dan berkembang dengan caranya sendiri. Mungkin butuh waktu sedikit lama. Cukup lama. Coffernus akan hidup dengan caranya sendiri. Titik.
"masih buka mas?, masih bisa saya menikmati kopi anda",