“Kau kira aku bisa percaya kepadamu? Kau sama saja seperti mereka. Kalian bukan manusia,” ucap jack dengan sungguh-sungguh.
“Hahaha,” lelaki itu tertawa sinis.
“Terserah apa katamu, bung. Suatu hari nanti, saat kau berkumpul lagi dengan keluargamu di rumah yang aman dan nyaman, kau akan berterima kasih pada kami. Sekarang kau siapkan saja tugasmu untuk besok. Aku tidak mau ada kesalahan sedikit pun besok. Ingat, satu saja kesalahan, wanita dan anak lelaki kesayanganmu mungkin tidak bisa melihat indahnya matahari lagi,” katanya mengancam.
“Oh ya, kuingatkan saja. MH-17. Itu kode pesawatnya,” lanjutnya.
“Kurang ajar! Jangan berani-berani kau menyentuh mereka. Terkutuk kau!”
Jack berteriak lagi. Urat-uratnya menyembul lagi. Dan kini terlihat siap pecah kapan saja.
Lelaki parau itu tidak menjawab. Ada jeda selama 30 detik, dan selama waktu itu berlalu dunia terasa berputar dengan sangat lambat. Setiap detiknya terasa bagaikan penyiksaan untuknya. Dan, selama 30 detik itu pula ia merasa dapat dengan jelas mendengar detak jantungnya. Tapi tidak dengan lelaki itu. Jack tidak sanggup mendengar suara apapun dari lelaki itu.
“Selamat malam, Jack. Tidur yang nyenyak,” kata lelaki itu memecah kesunyian yang berujung pada kesunyian yang baru.
“Terkutuk. Terkutuk! Dasar, iblis-iblis terkutuk!”
Jack menyumpah. Tapi ia tidak berteriak. Tenaganya telah habis tersedot segala hal yang ia alami sebelumnya. Tangannya mulai bergidik lagi, matanya menerawang.
“Kurasa malam ini hanya tinggal kita berdua,” ucapnya pada SA-18.