Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Pagi di Hari Pemilu

16 April 2019   13:29 Diperbarui: 16 April 2019   13:57 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hajatan Pemilu, Bu Sarti selalu memberikan layanan jemput bola, menggelar dagangannya di salah satu TPS. Ada nasi pecel, nasi campur, aneka gorengan lezat, aneka minuman, termasuk es cincaunya yang terkenal itu. Sehari-hari, Bu Sarti berjualan nasi pecel Madiun di salah satu warung di pasar desa. Menu es cincau Bu Sarti yang enak dan segar sangat tenar, hingga warga luar desa kerap mampir ke warungnya.

Bagian 1: Fandi dan Rafi
Dua anak muda yang baru memiliki hak pilih, Fandi dan Rafi, nampak berebut kertas bernomor urut 1 yang dibagikan oleh salah seorang anggota KPPS. Melihat keduanya sama-sama mengklaim tiba lebih dulu dan berhak mendapat nomor urut 1, petugas keamanan menggertak mereka, mengingatkan agar tertib. Petugas keamanan itu akhirnya memberikan nomor urut 1 kepada Fandi, dan nomor urut 2 kepada Rafi.

Fandi terkekeh, mengucapkan terima kasih kepada petugas keamanan dan segera duduk di kursinya. Rafi yang merasa tiba lebih dulu merasa dongkol. Ia melipat kedua tangannya di dadanya. Wajahnya nampak kesal, cemberut.

Sehari-hari mereka kuliah di kota Surabaya tetapi di jurusan dan kampus yang berbeda. Hampir tengah malam mereka tiba di desa dan pagi-pagi sudah datang ke TPS. Keduanya saling mengklaim pendukung fanatik dari masing-masing Calon Presiden dan Wakil Presiden. Perang di medsos kerap mereka lakukan.

Whatsapp Group (WAG) alumni SMA Negeri Pancajati 1, almamater Fandi dan Rafi, menjadi panas gegara ulah mereka. Kalau salah satu teman mereka tidak memasukkan nomor guru favorit mereka untuk menengahi, perdebatan mereka tidak pernah selesai. Walaupun ada banyak group admin, tidak ada satupun yang mau mengeluarkan mereka dari WAG karena anggota WAG juga terpecah gegara perdebatan mereka.

"Aku tadi datang lebih dulu, Fandi!" kata Rafi meluapkan kekesalannya. Ia berkata dengan suara pelan, khawatir menarik perhatian.

"Eh, kamu jangan ngaku-ngaku datang dulu ya! Buktinya, Bapak petugas itu memberikan kertas nomor 1 ke aku. Terima saja apa adanya, lah.." kata Fandi tidak mau kalah. Padahal ia tahu kalau Rafi yang tiba terlebih dahulu.

"Bapak itu gemas melihat kita berebut nomor... Dia gak melihat siapa yang datang lebih dulu.." balas Rafi.

"Eh, apaan sih kamu itu? Terima aja apa adanya, aku dapet nomor 1, kamu dapet nomor 2. Hidup tu yang simple aja kali, Raf!" tukas Fandi, suaranya mengeras.

"Fan, kamu jangan nyolot ya! Egois kamu tu! Sudah jelas tadi aku yang datang paling pagi.." balas Rafi, dengan suara lebih keras.

Tiba-tiba petugas keamanan TPS yang bernama Pak Minto menghampiri mereka dan mencengkeram lengan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun