Selang beberapa hari kepergianmu, aku mulai mengikhaskanmu walau teramat berat. Tak jarang aku lupa bahwa kau telah tidak ada. Candanya masih di sini, segalanya seolah masih di sampingku. Aku memutuskan untuk ke kost mu dan berniat untuk membereskannya.
Saat tiba disana seakan Joe menyambut baik kedatanganku. Aku mulai membersihkan darah yang tersisa di kamarmu. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah binder di atas mejamu.
Di dalamnya ada tulisanmuÂ
"Perceraian Ibu dan ayah masih membekas di hatiku, memaksaku untuk mandiri dan mencari jalan hidup sendiri. "
"Tak ada pilihan lagi, uang dari ayah dan ibu sudah terpakai habis. Aku yang hanya lulusan sma dan tak mampu bekerja apa-apa. Dengan berat hati akupun akhirnya menjadi seorang banci pengamen. Terus berlanjut hingga akhirnya sifat perempuan yang di buat-buat kini ada dalam dunia nyata. Semua orang memandang jijik kearahki setiap aku lewat di depan mata mereka. Rasanya amat berat hidup ini"
"3 bulan menjadi banci, saat kepalaku teramat sakit aku memeriksakannya ke dokter dan ia memvonis bahwa aku terkena kanker stadium akhir. Pengeluaranku tak terkontrol, uang mengamenku tak cukup untuk membeli obat tang harganya begitu mahal. Akhirnya aku putuskan untuk membeli obat sedanya saja. Rasanya itu teramat sakit. Ingin mati saja rasanya"
"Saat aku putus asa, aku bertemu dengan gadis yang manis di taman. Dia menangis dan aku memberinya sapu tanganku, aky sengaja membelinya di toko terdekat di situ saat melihatnya menangis tak henti dari kejauhan. Ia teriak melihat pakaianku yang aneh, aku mengikuti teriaknya seolah aku terkejut. Padahal itu semua aku lakukan hanya untuk membuatnya tersenyum. Semua itu pura-pura. Tapi akhirnya Tuhan punya cara untuk mempersatukan kita, yaitu dengan perbedaan. Aku terlalu dekat dengannya sampai akhirnya rasa itu muncul. Dia selalu menawan di mataku, walau dandanannya ala cowo."
"Hari ini aku kepantai dengannya, banyak yg menatap aneh kearahku saat aku bersamanya , dan ada salah seorang perempuan mencibirku habis-habisan, dia meledekku yg menggunakan baju pink, clara membelaku habis-habisan, ya.namanya clara, gadis yang membuat semangatku bangkit lagi. Dia begitu hebat. Saat aku menggunakan baju pink bukan karena aku ingin bergaya ala perempuan, tapi hanya itulah baju yang menurutku paling bagus dari deretan baju yang kupunya. Senja datang, aku memeluk clara saat itu pula aku ingin menyatakan perasaanku secara serius, selama ini aku berpura-pura untuk tak menjadikanmu pacarmu dengan alasan tak mau ada status. Itu semua bulshit, bukan karena itu. Tapi karena aku sadar umurku tak akan lama. Di sisa akhir hidupku aku sangat ingin menjagamu walau hanya sesaat. Aku mencoba untuk menjadi lelaki pada umumnya, agar Clara tak malu saat bersamaku. Dan dengan tampilanku sebagai lelaki membuatku yakin bahwa aku bisa menjaganya, waktuku takkan lama, dan aku menyadarinya. Akhirnya aku memutuskan untuk menyuruhnya berhijab sesuai dengan agama kita"islam" agar saat aku tak di sampingnya, setidaknya lelaki tidak dengan mudah mendekatinya saat ia telah mengenakan hijab"
"Clara, mungkin kamu bakal baca ini.. aku udah gabisa lagi jaga kamu, tapi aku yakin, kamu bisa jaga diri kamu dengan hijab dan cara berpakaianmu.. I love you, Ra"
Tangisku tak henti. Rindu ini semakin menjadi cambuk. Tapi aku sadar keikhlasan lebih indah dari apapun, cinta dan takdir tak pernah salah. Hanya saja waktu yang memilihnya. Jangan pernah menghakimi apa yang cuma bisa di lihat, tapi kau bisa menghakimi apa yang bisa di rasakan. "Iloveyou too, Joe..and I miss you...."
Â