Mohon tunggu...
Ganis
Ganis Mohon Tunggu... -

segala sesuatunya adalah cerita.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perbedaan

9 November 2015   15:46 Diperbarui: 9 November 2015   15:46 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kemudian aku beranjak dari posisi dudukku yang sedari tadi terasa nyaman. Penuh amarah aku bangkit dan berjalan kearahnya. Joe mencegahku, tapi aku tak menggubrisnya.

"Hey girl, apa masalahmu?" Ujarku tepat di depan wajah perempuan itu.

Lelakinya itu mendorong bahuku agar menjauh dari wajah pasangannya.

"Tidak ada, hanya aneh melihat kalian dengan penampilan yang seakan terbalik. Perempuan tomboy dan lelaki bencong. Menijijikkan melihat lelaki kemayu dengan baju berwarna pink". 

Emosiku terpancing. Aku tak masalah jika perempuan itu mengejekku. Tapi ia mengejek sahabatku, aku tak terima. Joe yang sedari tadi mencegahku kini hanya diam membisu. Aku merasakan apa yang Joe rasakan.

"Hey mbak, setidaknya saya nyaman dengannya. Berhenti mencibir oranglain, anda cantik, setidaknya anda bisa sedikit bermatabat. Toleransi anda soal perbedaan dimana? Setiap orang punya gaya hidup yang beda, jangan pernah memaksa orang untuk mengikuti apa maumu. Hey boy, badanmu kekar, tapi begitu menjijikkan ketika menggenakan baju couple berwarna pink bergambarkan barbie dengan pasangan anda. Bilang kepada perempuanmu ini, ia harus melihat pakaianmu sebelum mencibir lelaki lain" ujarku penuh amarah sembari berjalan menjauh. Dari kejauhan aku terus memandangi pasangan itu dengan penuh kebencian, lelaki itu membuka baju pinknya dan berlari.meninggalkan perempuan itu. Aku tersenyum licik melihat adegan yang menyenangkan itu. Seiring menjauhnya aku dari tepi pantai dan semakin menjauh pula sang mentari. 

Joe menarik tanganku dan memegang kepalaku untuk mengarahkan ke sesuatu yang ingin ia perlihatkan kepadaku. 

Amazing... mentari yang sedari tadi tak aku perhatikan kini nampak seperti sebuah kejutan yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Warna orange matahari perlahan seakan tertutup oleh kontrasnya warna birunya laut. Gelombang-gelombang halus dari tengah laut seakan berjalan perlahan kedasar pantai. Menyapu karang-karang dan pasir secara bergantian. Tuhan menciptakan keajaiban yang sulit sekali untuk aku deskripsikan secara rinci. Joe memelukku erat. 

"Makasih untuk hari ini" ujarnya sembari menangis. Tetesan airmatanya menembus bajuku yang tebal. Ia tak pernah semelow ini sebelumnya. Aku menyambut pelukan itu dengan rasa nyaman. Pelukan kami terus berlanjut sampai mentari tak terlihat lagi. 

Semakin lama aku bersama Joe, semakin banyak pula Joe dan aku mengalami perubahan. Joe berhenti menggunakan pakaian seperti perempuan dan ia telah bekerja di tempat yang menjadikannya sebagai seorang lelaki. Dan Joe menyuruhku untuk mengenakan jilbab, awalnya aku menolak. Namun Joe terus membuka hatiku untuk yakin mengenakannya. Aku dan Joe sudah tidak lagi dipandang sebelah mata oleh orang yang melihat kami bersama. Semua berjalan mulus, kami bersahabat dengan baik. Joe dan aku tahu bahwa kami saling cinta, saling sayang, hanya saja kami tak mau membatasi segala hal karena status. Bersahabat kalau akhirnya menikah itu tak masalah, bukan?:)

Satu tahun berlalu... persahabatan kami masih seperti dulu. Hari ini aku dan Joe berniat untuk pergi ke pantai lagi, sudah setahun ini Joe dan aku teramat sibuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun