Nama : Gagah Teges Priambodo
NIM : 33222010011
Program Studi : D3-AKUNTANSI
MataKuliah : Pendidikan Etik Dan Anti KorupsiÂ
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo M.Si , AK
UNIVERSITAS MERCU BUANA MERUYA
Mangkunegara IV lahir pada tanggal 3 Maret 1811 dengan nama Raden Mas Sudira. Mangkunegara IV merupakan anak ketujuh dari Kanjeng Pangeran Harya Hadiwijaya I dan Bandara Raden Ajeng Sekeli, putra Mangkunegara II.
R M. Semasa kecilnya, Sudila tidak mengenyam pendidikan formal melainkan mengenyam pendidikan swasta. Ia juga mendapat bimbingan dari Belanda yang dibawa oleh K.G.P.A.A. Selain membimbing Pangeran Riya yang bersiap menjadi K.P., Mangkunagara II, Prangwadana III juga bertugas mendidik R.M. Sudhira. Ia menerima pengajaran dalam bahasa Belanda, tulisan Latin, dan mata pelajaran lainnya. Ahli bahasa Dr. J.F.C. Gerick dan C.F. Winter juga termasuk di antara gurunya.
Layaknya anak bangsawan Mangkunagaran, R.M. Sudila menjadi taruna Resimen Mangkunagaran pada usia 15 tahun. Menurut buku Letnan Kolonel H.F. Oakes, para taruna dilatih oleh perwira senior resimen itu sendiri, dan instruktur Belanda bertugas hanya membantu menyediakan kurikulum pendidikan. Setelah menyelesaikan pendidikan selama satu tahun, R.M Sudira diangkat menjadi pejabat baru di Kompi 5.
R.M. Saat Sudira bertugas di medan perang beberapa bulan kemudian, ia mendapat kabar bahwa ayahnya K.P.H. Hadi Vijaya telah meninggal. Dia dilisensikan oleh kakeknya, K.G.P.A.A. Panglima Mangu Nagara II kembali ke rumah untuk memberikan penghormatan terakhir kepada ayahnya.
Usai pemakaman, R.M. Sudila kembali ke medan pertempuran. Para legiuner berhasil mengalahkan dan menangkap Panebahan Songki, pemimpin pasukan pendukung Pangeran Diponegoro.
Setelah mendapat gelar pangeran, nama R.M Sudira diubah menjadi K.P.H.Gandakusuma. Ia menikah dengan R.Ay. setengah, dan memiliki 14 anak. Segera setelah KGPAA Mangkunagara III wafat pada tahun 1853, K.P.H.Gandakusuma diangkat menjadi KGPAA Mangkunagara IV. Setelah memerintah kurang lebih satu tahun, ia menikah dengan R. Ay. Dunuk, putri Darem (anak kandung) Mangku Nagara III.
Mangkunegara IV merupakan pionir usaha penyulingan gula Mangkunegaram. Ada beberapa alasan Mangkunegara IV memilih industri gula saat itu. Pertama, gula merupakan produk yang sedang naik daun baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Kedua, Thoreau sudah membudidayakan tanaman tebu. Ketiga, sumber pendapatan Wangkunigalam sebelumnya, seperti pajak dan sewa tanah, dianggap tidak mencukupi.
Selain dari perolehan kembali tanah melekat, modal awal Gula Wangkunigalan juga berasal dari kontrak sewa tanah dari pengusaha swasta. Wanggunigalam memutuskan untuk tidak memperbarui sewa tanah perusahaan swasta yang berakhir pada tahun 1859-1860. Meski mendapat kritik keras dari para penggarap tanah, Mangunigala IV tetap menjalankan rencananya.
Pabrik gula pertama adalah Pabrik Gula Colomadu, dibangun pada tahun 1861 dan dibuka setahun kemudian. Setelah mendirikan Pabrik Gula Kolomadu, Manggunigara IV mendirikan pabrik gula di wilayah Kalanganya yang diberi nama Pabrik Gula Tasikmadhu. Pabrik ini dibangun pada tahun 1871 dan mulai beroperasi pada tahun 1874. Selain membangun pabrik gula, Mangkunegara IV juga menugaskan Raden Ranasetra untuk mengelola perkebunan tebu dan R. Kamp untuk mengelola dan melaksanakan pembangunan pabrik tebu.
Pada mulanya industri gula merupakan industri swasta milik keluarga Mangkunegara IV. Agar lebih berkembang dan memperoleh keuntungan yang lebih besar bagi kemakmuran Praja Mangkunegaran, maka industri gula diubah menjadi Perusahaan Praja pada masa sebelum wafatnya Mangkunegara IV.
Pada masa pemerintahannya, reformasi dilakukan pada organisasi pemerintahan Wanggunigaland. Pada tanggal 11 Agustus 1867, di Planatan, didirikan departemen pemerintahan di luar angkatan darat dan resimen, yang disebut Kawedanan, di bawah Wedana. kawedanan-kawedanan, yaitu:
Distrik Harmon Prozo. Kawedanan ini dibagi menjadi tiga Kemantren, yaitu: Sastrolukito, bawahan carik yang bertugas menulis dan berhitung; Reksa Pustoko, bertugas memelihara dan menyusun dokumen-dokumen penting; Pamongsiswo, mengembangkan seni dan sastra. Mengawasi guru, siswa, pelukis, pematung di kawasan Wangkunigaran
Kavedanan Kattapraja. Kawedanan dibagi menjadi dua kementerian, yaitu: Kartahusada, yang bertanggung jawab meningkatkan sumber pendapatan Mangkunegaran; Martanimpuna, bertanggung jawab menerima pajak dan pendapatan luar biasa Mangkunegaran.
Kavedan dan kati praja. Kawedanan membawahi departemen pendidikan, Kartapura, yang bertanggung jawab atas perbaikan perkotaan dan penanggulangan kebakaran.
Rexavi Bawa Kavidanam. Kawedanan ini membawahi empat Kemantren, yaitu: Reksawarastra yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan senjata; Reksawahana yang bertanggung jawab atas pemeliharaan kendaraan dan suku cadangnya; Reksabusana yang bertanggung jawab atas perawatan dan perlengkapan pegawai negeri sipil dan prajurit; Langen Praja yang bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perlengkapan senjata. pemeliharaan dan penyelesaian gamelan.
Kabupaten Madrapura. Kawedanan terbagi menjadi empat Kemantren, yaitu: Mandrasana yang menjaga peralatan; Reksa Pradipta yang membuat dan menyalakan lampu; Sabpandaya yang menangani alkoholisme Praja; Reksasunggata yang bertugas menyediakan makanan ke keraton.
Kavidanam Prabhabhaksana. Kawedanan ini membawahi tiga Kemantren. Gotong royong menjaga dan mendistribusikan makanan. Wreksapandaya, bertanggung jawab menyuplai kayu jati untuk bahan bangunan. Talutala, bertugas mendistribusikan sirih, rumput, dan beras.
Kavidanam Yogavara. Kawedanan ini membawahi tiga Kemantren. Ketib bertugas untuk mengawinkan orang yang akan segera menikah, mengurus jenazah, dan menyelesaikan perkara yang akan dibawa ke Surambi. Naib berwenang menyelesaikan perceraian, wasiat dan urusan lainnya. Beliau mengawasi orang-orang yang mempelajari agama dan memelihara makam serta tempat-tempat suci. Ngulama bertugas mendoakan keselamatan dan kesejahteraan Mangkunegaran
Serat Wedhatama
serat Wedhatama berisi lima tembang macapat (puisi tradisional Jawa) dengan total 100 pupuh (bait).
 Berikut ini pembagian dan urutan tembang macapat yang terdapat dalam Serat Wedhatama.Â
A.Serat Pangkur (menjelaskan tentang cara menjadi pribadi yang baik) (14 pupuh, 1 - 14)
Mingkar mingkuring angkara,Â
Akarana karanan mardi siwi,
 Sinawung resmining kidung, Sinuba sinukarta,
 Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung,
 Kang tumrap neng tanah Jawa,
 Agama ageming aji
 Meredam nafsu angkara dalam diri, Hendak berkenan mendidik putra-putri Tersirat dalam indahnya tembang, Dihias penuh variasi, Agar menjiwai hakikat ilmu luhur, Yang berlangsung di tanah Jawa (nusantara), agama sebagai "pakaian" kehidupan
Â
B. Serat Sinom kewajiban, hak, dan dasar spiritual dalam kehidupan (18 pupuh, 15 - 32)
Nulada laku utamaÂ
Tumrape wong Tanah jawi
, Wong agung ing Ngeksiganda
, Panembahan Senopati,Â
Kepati amarsudi, Sudane hawa lan nepsu,
 Pinepsu tapa brata,Â
Tanapi ing siyang ratri,
 Amamangun karyenak tyasing sesama.
 Contohlah perilaku utama, Bagi kalangan orang Jawa (Nusantara), Orang besar dari Ngeksiganda (Mataram), Panembahan Senopati, yang tekun, mengurangi hawa nafsu, dengan jalan prihatin (bertapa), serta siang malam selalu berkarya membuat hati tenteram bagi sesama.
Â
C. Serat Pocung makna perjuangan manusia dalam mendapatkan kekuasaan, kekayaan, dan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Â (15 pupuh, 33 - 47)Â
Ngelmu iku
 Kalakone kanthi laku
 Lekase lawan kas
 Tegese kas nyantosani
 Setya budaya pangekese dur angkara
 Ilmu (hakikat) itu diraih dengan cara menghayati dalam setiap perbuatan dimulai dengan kemauan Artinya, kemauan membangun kesejahteraan terhadap sesama Teguh membudi daya Menaklukkan semua angkara
Â
D.Serat Gambuh pemahaman agama  (35 pupuh, 48 - 82)Â
Samengko ingsun tutur
 Sembah catur supaya lumunturÂ
Dhihin raga, cipta, jiwa, rasa, kaki Ing kono lamun tinemuÂ
Tandha nugrahaning Manon
Kelak saya bertutur Empat macam sembah supaya dilestarikan Pertama; sembah raga, kedua; sembah cipta, ketiga; sembah jiwa, dan keempat; sembah rasa Di situlah akan bertemu dengan pertanda anugrah Tuhan
E. Serat Kinanthi (18 pupuh, 83 - 100)Â
Mangka kanthining tumuwuhÂ
Salami mung awas eling
 Eling lukitaning alam
 Dadi wiryaning dumadiÂ
Supadi nir ing sangsaya Yeku pangreksaning urip
Padahal bekal hidup Selamanya waspada dan ingat Ingat akan pertanda yang ada di alam ini Menjadi kekuatannya asal-usul Supaya lepas dari sengsara Begitulah memelihara hidup
Menurut KGPAA Mangkunegara IV problem umum Hidup manusia ada itu ada tiga  perkara
Wirya/Keluhuran Akal Budi
 Arto/Kekayan kemakmuran,Â
 Winasis /Ilmu Pengetahuan;
Lima [5] tatanan Moral Mental
Aja Dumeh
Jangan Mentang-mentang dalam artian luas mendalam
Aja Gumunan
Jangan Mudah Kagum pada Apapun
Aja Kagetan
Pada semua Ruang Waktu jangan mudah terkejut
Manjing Ajur Ajer
Melebur dengan tulus pada semua masyarakat
Prasojo/Prasaja
Kesederhanaan, dan Kecukupan
Etika Tindakan Dokrin : KGPAA Mangkunegara IV -- Kepemimpinan Gaya Sarat Wedotomo
Serat KINANTHI
1"Eling lan waspada" artinya pemimpin mampu untuk selalu ingat dan waspodo
"Atetamba yen wus bucik" Jangan Berobat sesudah terluka; artinya aplikasi paraxis tindakan harus tepat
artinya pemimpin mampu memiliki ketelitian Tindakan
Belum cakap Ilmunya, Buru-buru ingin dianggap Pandai, Tercemar nafsunya, selalu merasa kurang, tertutup pamrih, sulit Manunggal dengan Maha Kuasa
2.Awya Mematuh Nalutuh artinya pemimpin mampu Untuk Hindari tindakan marah
"Kareme anguwus-uwus uwose tan ana, mung janjine muring-muring"
Marah tanpa isi asal marah, Marah dilampiaskan ke orang lain
Jangan Pernah Marah Tak Terkontrol tidak anti kritik; artinya pemimpin mampu Ilmunya sebatas Mulut, Kata2nya digaibkan, dibantah sedikit tidak mau,matanya membelakak alisnya menjadi satu. Bukannya seperti Pendita Palsu
3. "Gonyak-ganyuk ngelinhsemi"
artinya pemimpin mampu
Untuk jangan  berbuat tidak sopan saat rapat didepan umum
"Nggugu Karape Priyangga"
Jangan bertindak maunya sendiri, pikir dengan matang; bisa menempatkan diri, dan mematuhi tatanan
Jangan Membuat Malu, Memalukan
4.
"Bangkit Ajur Ajer" artinya pemimpin mampu
Untuk  Bergaul tulus tanpa membedakan kelas manusia
"Mung Ngenaki Tyasing Lyan" artinya pemimpin mampu
Untuk memakai  pengetahuannya benar/berbeda dengan orang lain, ia bersikap baik, hanya sekedar hormt dan menyenangkan orang lain
"Den bisa mbusuki Ujaring Janmi"
Untuk  perlu kadang-kadang pura-pura bodoh, menghadapi orang bodoh dengan cara baik
Tembang Macapat merupakan bagian integral dari warisan seni sastra lisan Jawa, yang dicirikan oleh struktur liris dan musikalnya.Melalui tujuh ragamnya yaitu Kinanthi, Asmaradana, Dhandhanggula, Sinom, Gambuh, Pangkur dan Durma, lagu ini menjadi ekspresi seni sastra yang mengandung pesan moral, kisah cinta, kritik sosial, dan nilai-nilai tradisional.
1.Struktur Lirik Ragam : Setiap jenis lagu macapat mempunyai pola lirik tersendiri, misalnya jumlah suku kata tiap barisnya berbeda-beda.Hal ini memberikan karakter unik pada setiap lagu, yang mencerminkan keragaman dan kekayaan sastra lisan Jawa.
2. Beragam tema: Lagu Macapat mengusung beragam tema, mulai dari kisah cinta, kritik sosial, legenda, hingga nilai-nilai kehidupan sehari-hari.Hal ini menunjukkan keluwesan dalam menyampaikan cerita serta nilai-nilai budaya.
3. Pentingnya musik dan seni pertunjukan: Tembang macapat sering ditampilkan dalam seni tradisional Jawa, seperti wayang, tari, dan berbagai ritual adat. Musik dan lirik menyatu untuk menambah keindahan khidmat pada pertunjukan seni.
Apa Itu Korupsi ?
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki arti beragam yakni tindakan merusak atau menghancurkan. Corruptio juga diartikan kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.
Kata corruptio masuk dalam bahasa Inggris menjadi kata corruption atau dalam bahasa Belanda menjadi corruptie. Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke dalam perbendaharaan Indonesia menjadi korupsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Definisi lainnya dari korupsi disampaikan World Bank pada tahun 2000, yaitu "korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi". Definisi World Bank ini menjadi standar internasional dalam merumuskan korupsi.
Pengertian korupsi juga disampaikan oleh Asian Development Bank (ADB), yaitu kegiatan yang melibatkan perilaku tidak pantas dan melawan hukum dari pegawai sektor publik dan swasta untuk memperkaya diri sendiri dan orang-orang terdekat mereka. Orang-orang ini, lanjut pengertian ADB, juga membujuk orang lain untuk melakukan hal-hal tersebut dengan menyalahgunakan jabatan.
Dari berbagai pengertian di atas, korupsi pada dasarnya memiliki lima komponen, yaitu:Â
1. Korupsi adalah suatu perilaku.
2. Ada penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.Â
3. Dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.
4. Melanggar hukum atau menyimpang dari norma dan moral.
5. Terjadi atau dilakukan di lembaga pemerintah atau swasta.
Faktor-faktor penyebab korupsi adalah keserakahan (greed),
 kesempatan (Opportunity),
 kebutuhan (Needs),Â
dan pengungkapan (Expose).
Mencegah Korupsi dari Diri Sendiri
1. Hidup Sesuai Kemampuan
Salah satu hal yang mendorong kita melakukan korupsi karena seringnya kita tidak merasa cukup dan bergaya hidup yang tidak wajar, atau melebihi dari kemampuan kita. Jangan banyak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
2. Mengatur Manajemen Waktu
Disiplin waktu dalam menjalani kegiatan sehari-hari dapat membuat perencanaan kegiatan harian akan berjalan dengan baik dan tepat waktu sehingga dapat mengurangi korupsi dalam hal waktu.
3. Fokus kepada Kinerja dan Tanggung Jawab Pribadi
Selesaikan segala pekerjaan dengan baik dan sesuai dengan kesepakatan atau aturan yang ada. Dengan hal itu, kita tidak akan meleset dari aturan tersebut sehingga dapat meminimalkan korupsi.
4. Mengatur Pengeluaran
Catat pengeluaran sehari-hari dan bedakan pengeluaran tersebut berdasarkan kebutuhan dan keinginan. Upayakan kebutuhan dapat tercukupi dahulu baru jika masih ada sisa bisa digunakan untuk keinginan. Hal ini berhubungan dengan gaya hidup yang sederhana.
5. Selalu Bersyukur
Bersyukur apa yang kita miliki dan bersyukur dengan apa yang telah kita raih hari ini dapat mencegah tindakan korupsi. Apabila kita tidak bersyukur dan selalu mencari kekurangan atau tidak pernah merasa puas, apabila tidak diiringi dengan niat yang baik akan membawa kita kedalam perilaku dan perbuatan yang menyimpang.
Â
Kepemimpinan adalah sebuah kekuatan atau kemampuan yang ada di dalam diri seseorang. Sikap kepemimpinan tersebut digunakan ketika memimpin.
Salah satu pengaruh yang ditimbulkan dati sikap kepemimpinan tersebut adalah dapat mempengaruhi seseorang. Pengaruh yang diberikan ini dimaksudkan di dalam sebuah pekerjaan atau organisasi. Hal itu dikarenakan umumnya sikap kepemimpinan dibutuhkan seseorang dalam memimpin sebuah pekerjaan atau organisasi.
Tujuan dari sikap kepemimpinan tersebut adalah untuk mencapai sebuah target atau goal. Baik di bidang pekerjaan atau sebuah organisasi, selalu ada target yang ingin di capai. Target-target yang sudah ditentukan tersebut dapat terlaksana karena adanya sikap kepemimpinan.
ecara umum, kepemimpinan adalah sesuatu yang ada di dalam diri seseorang. Kepemimpinan tersebut dapat mempengaruhi seseorang.
Selain itu, sikap kepemimpinan juga dapat digunakan untuk memandu sebuah pihak tertentu. Tujuan dilakukannya hal tersebut adalah supaya dapat mencapai sebuah tujuan. Di dalam KBBI atau kamus besar bahasa Indonesia, kepemimpinan adalah perihal pemimpin atau cara memimpin. Sedangkan pemimpin menurut KBBI adalah orang yang memimpin.
Kepemimpinan adalah sikap yang ada di dalam seorang pemimpin. Sedangkan pemimpin adalah seseorang yang sudah diberi kepercayaan. Kepercayaan tersebut digunakan untuk menjadi sebuah kepala atau ketua di dalam perusahaan atau organisasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka seorang pemimpin tentu harus memiliki kemampuan untuk memandu anggotanya. Selain itu, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi sekaligus meyakinkan sekelompok orang atau seseorang. Ketika pemimpin dan anggotanya sudah berada di jalur yang sama, maka apa yang ditargetkan akan lebih mudah dicapai.
5 Gaya Kepemimpinan
1. Otoriter
Gaya leadership otoriter menempatkan seorang pemimpin sebagai orang yang berkuasa penuh atas segala hal yang terjadi di dalam kelompok. Umumnya, mereka akan mendominasi dan memaksakan pendapat pribadi untuk bisa diterima oleh semua anggota tim.
Meskipun cara memimpin seperti ini akan menimbulkan ketidaknyaman di dalam tim, tapi masih ada sisi positif yang bisa Anda pelajari dari gaya kepemimpinan otoriter. Pemimpin otoriter biasanya mampu lebih tegas dalam menyikapi kesalahan anggotanya.
2. Demokratis
Berbeda dengan otoriter, gaya kepemimpinan demokratis justru memberikan kesempatan kepada setiap anggota timnya untuk menyampaikan opini masing-masing.
3. Delegatif
Jika pada kepemimpinan otoriter sang leader memegang kuasa penuh atas setiap keputusan yang dibuat, pemimpin delegatif justru akan menyerahkan hal ini kepada anggota tim. Meski terkesan pasrah dan menyerahkan segala tanggung jawab kepada karyawan, hal ini justru bisa meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri pada setiap anggota tim.
4. Transformasional
Pemimpin yang mengadaptasi gaya leadership ini sangat bersemangat untuk melakukan perubahan di dalam kelompoknya. Oleh karena itu, mereka umumnya memiliki sifat yang enerjik, cerdas, dan konsisten dalam memberikan semangat kepada setiap anggota timnya.
5. TransaksionalÂ
Leader dengan gaya kepemimpinan transaksional, biasanya akan menerapkan sistem reward kepada setiap anggotanya atas pencapaian tertentu.
Sifat Utama Pemimpin Menurut Serat Wedhatama
Rendah HatiÂ
Karakter kepemimpinan yang paling banyak disebutkan dalam Serat Wulangreh dan Serat Wedhatama adalah rendah hati. Rendah merupakan sikap Memperhatikan kedudukan orang lain dan menghindari perilaku arogan. Kerendahan hati merupakan kualitas sifat yang mampu menarik hati manusia dan membuka kekaguman (Mahdi, 2005: 31). Selain itu tidak pamer ataupun sombong, tidak melakukan tindakan ingin dipuji, dan tidak merasa lebih dari orang lain
Nggugu karsane priyangga, nora nganggo peparah lamun angling, lumuh ingaran balilu, uger guru aleman.
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu, sinamun ing samudana, sesadon ingadu manis.
 Si pengung nora nglegawa, sangsayarda denira cacariwis, ngandharandhar angendhukur, kandhane nora kaprah, saya elok alangka longkanganipun, si wasis waskitha ngalah, ngalingi marang si pingging. Â
Mangkono ngelmu kang nyata, sanyatane mung weh reseping ati, bungah ingaranan cubluk, sukeng tyas yen denina.Â
Nora kaya si punggung anggung gumrunggung, ugungan sadina dina, aja mangkono wong urip.Â
artinya
Hanya mengikuti kehendak diri sendiri, bila berkata tanpa perhitungan, tidak mau dianggap bodoh, hanya mabuk pujian Namun, orang yang tahu gelagat (pandai), justru selalu merendah diri, (berpura-pura), menanggapi semuanya dengan baik. Si Dungu tidak menyadari. Bualannya semakin menjadi-jadi, melantur tidak karuan. Bicaranya yang hebat-hebat, makin aneh dan tak masuk akal. Si Pandai maklum dan mengalah, menutupi ulah si Bodoh Demikianlah ilmu yang sejati. Sebenarnya hanya menyenangkan hati. Suka dianggap bodoh. Gembira apabila dihina.
Â
Waspada
 Waspada adalah orang yang mampu melihat kemungkinan terjadinya bahaya yang akan menimpanyan. Oleh karena itu, orang tersebut berhati-hati dalam tindakannya Â
Nanging janma ingkang wus waspadeng semu, sinamun ing samudana, sesadon ingadu manis.Â
Sucine tanpa banyu, mung nyunyuda mring hardaning kalbu, pambukane tata titi ngati-ati, atetep telaten atul, tuladan marang waspaos.Â
Gagare ngunggar kayun, tan kayungyun mring ayuning kayun, bangsa anggit yen ginigit nora dadi, marma den awas den emut, mring pamurunging lelakon.Â
Sayekti luwih perlu, ingaranan pepuntoning laku, kalakuwan tumrap kang bangsaning batin, sucine lan awas emut, mring alaming lama maot.Â
artinya
Namun, orang yang tahu gelagat (pandai), justru selalu merendah diri, (berpura-pura), menanggapi semuanya dengan baik. Pembersihnya tanpa air. Hanya dengan mengurangi nafsu di hati. Mulai dari sikap yang baik, teliti, dan berhati-hati. Serta tetap tidak bosan dan menjadi watak. Contoh untuk waspada. Gagalnya membiarkan kehendak, tidak tertarik kepada indahnya tujuan. Hal yang direka-reka bila dirasakan (digigit) tidak terwujud. Maka dari itu harap waspada terhadap perintang/tujuan.Â
SabarÂ
Seorang pemimpin harus memiliki sifat sabar. Seseorang yang sabar akan memiliki keseimbangan emosi yang baik. Ia tidak akan mudah naik darah serta tidak mudah membuat keributan di sekitarnya. Seseorang yang suka membuat ribut dengan orang lain menandakan bahwa emosinya belum mantap sehingga hal itu menandakan bahwa ia tidak memiliki keseimbangan emosi
Samangsane pasamuwan, mamangun marta martani, sinambi ing saben mangsa ..Â
artinya
Dalam setiap pertemuan, menciptakan kebahagiaan lahir batin dengan sikap tenang dan sabar.Â
Taat BeragamaÂ
Berdasarkan yang tertulis dalamKamus Besar Bahasa Indonesia, kata agama merupakan suatu sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lngkungannya.Seorang pemimpin haruslah menjadi pengikut agama yang baik, karena agama merupakan pedoman hidup yang baik
Sinuba sinukarta, mrih kretarta pakartining ngelmu luhung,kangtumrap ing tanah Jawa, agama ageming aji.Â
Sawadine tyas mami, banget wedine ing mbesuk, pranatan ngakir jaman, tan tutug kaselak ngabdi, nora kober sembahyang gya tinimbalan.Â
Angur baya ngantepana, pranatan wajibing urip, lampahan angluluri, kuna kumunanira, kongsi tumekeng samangkin, kikisane tan lyan amung ngupa boga.Â
Ruktine ngangkah ngukut, ngiket ngruket triloka kakukut, jaga agung ginulung lan jaga alit, den kandel kumandel kulup, mring kelaping alam kono. Â
artinya
Dihias penuh variasi, biar menjiwai ilmu luhur yang dituju, Di tanah Jawa (Indonesia) ini yang hakiki itu adalah agama sebagai pegangan yang baik. Sesungguhnya relung hati saya, sangat takut akan hari esok, menghadapi akhir hayat. Belum selesai berguru, terhenti karena harus mengabdi. Tidak sempat sembahyang lalu dipanggil menghadap. Lebih baik berpegang teguh, tata peraturan kehidupan. Menjalankan serta mengikuti jejak para leluhur, di zaman dahulu kala hingga masa kini. Akhirnya tidak lain hanyalah mencari nafkah.
Menerapkan kepemimpinan dari kalangan muda melibatkan sejumlah prinsip dan praktik yang khusus disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan generasi muda. Berikut beberapa cara yang dapat membantu menerapkan kepemimpinan dari kalangan muda:
Berikan Ruang untuk Kreativitas:
- Berikan kebebasan kepada pemimpin muda untuk mengembangkan dan menerapkan ide-ide kreatif mereka.
- Dukung dan hargai inovasi serta gagasan baru yang bisa membawa perubahan positif.
Fasilitasi Pembelajaran dan Pengembangan:
- Sediakan peluang untuk pembelajaran dan pengembangan terus-menerus, baik melalui pelatihan formal maupun pengalaman kerja.
- Dukung pemimpin muda dalam pengembangan keterampilan kepemimpinan mereka melalui mentoring dan coaching.
Foster Kolaborasi dan Tim Kerja:
- Dorong kolaborasi di antara pemimpin muda dan anggota tim. Ajarkan keterampilan bekerja dalam tim dan membangun hubungan yang baik.
- Promosikan budaya kerja yang inklusif, di mana setiap anggota tim merasa dihargai dan didengarkan.
Bersifat Fleksibel dan Adaptif:
- Pemimpin muda seringkali harus beroperasi dalam lingkungan yang berubah dengan cepat. Kepemimpinan yang sukses dari kalangan muda melibatkan kemampuan untuk beradaptasi dan merespon perubahan dengan cepat.
Komunikasi Terbuka dan Jelas:
- Fasilitasi komunikasi terbuka dan jelas di antara anggota tim. Pemimpin muda harus mampu menyampaikan gagasan mereka dengan jelas dan mendengarkan dengan baik.
- Gunakan teknologi dan platform komunikasi yang akrab bagi generasi muda, seperti media sosial dan aplikasi berbasis pesan.
Berikan Tanggung Jawab dan Otonomi:
- Beri tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan minat pemimpin muda. Ini akan memberikan rasa kepemilikan dan motivasi.
- Berikan otonomi dalam pengambilan keputusan yang bersifat lokal.
Jadilah Teladan:
- Pemimpin yang efektif dari kalangan muda harus menunjukkan integritas dan etika kerja yang tinggi.
- Jadilah teladan dalam hal kerja keras, dedikasi, dan sikap positif.
Dukungan dan Pengakuan:
- Berikan dukungan dan pengakuan yang tepat waktu kepada pemimpin muda atas prestasi mereka.
- Sediakan wadah untuk membagikan pengalaman dan pencapaian agar dapat menginspirasi yang lain.
Menerapkan kepemimpinan dari kalangan muda membutuhkan pendekatan yang inklusif dan berfokus pada pengembangan potensi serta keterampilan unik yang dimiliki oleh generasi muda.
Kepemimpinan yang tidak efektif atau bahkan salah bisa memiliki dampak negatif pada produktivitas, kepuasan kerja, dan kesejahteraan anggota tim. Berikut adalah beberapa contoh kepemimpinan yang salah:
Otoriter dan Tidak Inklusif:
- Seorang pemimpin yang terlalu otoriter dan tidak mengakomodasi masukan atau ide dari anggota tim.
- Tidak membuka ruang untuk partisipasi atau memberikan tanggung jawab kepada anggota tim.
Kurangnya Komunikasi:
- Pemimpin yang tidak memahami pentingnya komunikasi yang efektif.
- Tidak memberikan arahan yang jelas atau tidak mendengarkan masukan dari timnya.
Ketidakjelasan dalam Visi dan Tujuan:
- Pemimpin yang tidak mampu menyampaikan visi dan tujuan yang jelas kepada timnya.
- Tidak memberikan arahan yang konsisten atau tidak memiliki fokus yang jelas.
Tidak Menyediakan Dukungan atau Pengembangan:
- Pemimpin yang tidak mendukung pengembangan karier atau pertumbuhan pribadi anggota tim.
- Tidak memberikan umpan balik konstruktif atau dukungan ketika diperlukan.
Kurang Empati:
- Pemimpin yang tidak memahami atau peduli terhadap kebutuhan dan keinginan anggota tim.
- Tidak menunjukkan empati dalam mengatasi masalah personal atau pekerjaan anggota tim.
Ketidakadilan:
- Pemimpin yang tidak adil dalam memberikan penghargaan, promosi, atau kesempatan.
- Memihak pada beberapa anggota tim tanpa alasan yang jelas atau objektif.
Ketidakpantasan dalam Pengelolaan Konflik:
- Pemimpin yang tidak mampu mengelola konflik di antara anggota tim.
- Mengabaikan atau membiarkan konflik berlanjut tanpa solusi yang tepat.
Tidak Menanggapi Perubahan dengan Baik:
- Pemimpin yang tidak responsif terhadap perubahan di lingkungan kerja atau industri.
- Tidak memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan strategi atau taktik.
Tidak Menunjukkan Integritas:
- Pemimpin yang tidak konsisten dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip etika.
- Tidak menjunjung tinggi kejujuran atau integritas dalam tindakan dan keputusan.
Tidak Memberdayakan Tim:
- Pemimpin yang tidak memberdayakan anggota tim untuk mengambil inisiatif atau tanggung jawab.
- Tidak memberikan kepercayaan kepada anggota tim untuk mengambil keputusan.
Kepemimpinan yang salah dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat, menurunkan motivasi anggota tim, dan menghambat perkembangan organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk terus mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan memperhatikan dampak dari gaya kepemimpinan yang diadopsi.
Gaya kepemimpinan yang baik dapat bervariasi tergantung pada konteks, situasi, dan kebutuhan tim atau organisasi. Berikut beberapa gaya kepemimpinan yang sering dianggap efektif:
Kepemimpinan Transformasional:
- Pemimpin yang mampu menginspirasi dan memotivasi tim untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.
- Fokus pada pengembangan visi bersama, membentuk budaya organisasi yang positif, dan memberikan dukungan untuk pertumbuhan personal dan profesional anggota tim.
Kepemimpinan Situasional:
- Pemimpin yang mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya berdasarkan situasi dan kebutuhan tim.
- Memahami bahwa tidak ada pendekatan satu ukuran cocok untuk semua dan mengadopsi gaya yang paling sesuai dengan tugas atau tantangan yang dihadapi.
Kepemimpinan Demokratis:
- Pemimpin yang melibatkan anggota tim dalam proses pengambilan keputusan.
- Mendorong partisipasi aktif, mendengarkan masukan, dan membangun keputusan bersama-sama.
Kepemimpinan Servant:
- Pemimpin yang berfokus pada kepentingan dan kebutuhan anggota tim.
- Bersedia melayani dan mendukung anggota tim untuk mencapai tujuan mereka.
Kepemimpinan Katalisator:
- Pemimpin yang mendorong inovasi dan perubahan positif.
- Memotivasi tim untuk menciptakan dan mengadopsi ide-ide baru serta mencari peluang untuk pertumbuhan dan pengembangan.
Kepemimpinan Berbasis Kepercayaan:
- Pemimpin yang membangun dan mempertahankan tingkat kepercayaan yang tinggi di antara anggota tim.
- Konsisten, jujur, dan adil dalam tindakan dan keputusan.
Kepemimpinan Visioner:
- Pemimpin yang memiliki visi yang jelas untuk masa depan.
- Mampu mengkomunikasikan visi tersebut dengan jelas dan memotivasi anggota tim untuk bekerja menuju tujuan bersama.
Kepemimpinan Obyektif:
- Pemimpin yang membuat keputusan berdasarkan data dan fakta, bukan hanya pada asumsi atau preferensi pribadi.
- Berorientasi pada hasil dan kinerja yang dapat diukur.
Kepemimpinan Pemberdayaan:
- Pemimpin yang memberdayakan anggota tim untuk mengambil inisiatif dan tanggung jawab.
- Memberikan kepercayaan dan dukungan yang diperlukan untuk memungkinkan pengembangan potensi anggota tim.
Kepemimpinan Adaptif:
- Pemimpin yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan tantangan yang cepat.
- Fleksibel dalam merespon situasi yang berubah dan dapat menyusun strategi yang efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H